Antara Pertanyaan dan Pernyataan



Apakah kita harus selalu mempertanyakan?

Begitu tanyaku. [Ironisnya dengan demikian aku pun telah mempertanyakan sesuatu]

Aku harus dan wajib bertanya, kunyatakan itu sebagai suatu pernyataan pada suatu hari. Itulah sebabnya aku mempunyai akal, untuk bertanya dan mempertanyakan.

Bertanya atau tidak bertanya itu suatu pilihan, kataku suatu waktu kemudian, membuat suatu pernyataan baru. Bila aku memilih untuk bertanya, janganlah aku berpuas diri pada suatu jawaban, begitu seorang bijak mengingatkanku dengan pernyataannya. Berhati-hatilah, katanya. Karena bukan tidak mungkin jawaban yang kupercayai sebagai kebenaran, sebenarnya hanya pecahan dari kebenaran yang utuh. Dan percaya pada kepingan itu saja adalah menyesatkan.

Maka kuterus bertanya. Ku tak puas untuk terus bertanya. Karena suatu pertanyaan ternyata melahirkan jawaban yang padanya kembali bermuara pertanyan-pertanyaan lain. Terus-menerus, tak putus juga. Maka kuterus bertanya. Seperti seorang anak yg haus melontarkan pertanyaan ketimbang mendapatkan jawaban.

Aku terus bertanya, hingga akhirnya aku lelah bertanya. Akankah tiba saatnya aku berdamai dengan pertanyaan dan menerima saja 'pernyataan' ? [ah, masih juga aku bertanya] :)

No comments: