Menghalau Sedih

Seorang teman, yang kehilangan dua belas orang saudaranya di Aceh, belum lama kembali dari tanah Banda itu. Ia menceritakan kisah duka yang ia dengar dan ia lihat di sana. Mungkin air mata sudah habis mengering. Mungkin hati sudah lelah meratap. Maka kini ia bercerita seolah tanpa duka. Bahkan disela dengan sedikit canda.

“Orang-orang yang pergi justru adalah orang yang baik-baik. Yang sangat baik”, katanya.

“Dua minggu sebelum peristiwa, aku ada di sana. Kami sudah berencana untuk memperpanjang waktu kunjungan. Tapi tidak jadi.”

“Hm… dipikir-pikir, bila aku ada di sana saat itu, mungkin aku masih akan diselamatkan-Nya. Aku masih terlalu banyak dosa untuk dipanggil oleh-Nya”, katanya lagi. Kali ini sambil tertawa.

***

Ada banyak cara untuk menghalau kesedihan. Sepertinya temanku itu memilih dengan cara mentertawai diri sendiri.