Di Ruang Tunggu

Duduk di sebuah rumah sakit. Menunggu. Hari ini Sabtu. Ramai sekali seperti sebuah pusat belanja di akhir minggu. Selalu seperti ini. Sejak bertahun-tahun yang lalu. Oh, sejak lebih dari tujuh tahun yang lalu. Ketika berkunjung ke tempat ini jadi sesuatu yang rutin.

Beberapa sudut sudah berubah. Berkali-kali. Dulu pojok itu adalah kantin kecil yang menjual risol kegemaran ibu. Lalu ia dilengkapi sebuah perosotan plastik, tempat Obin melewatkan waktu menunggu sambil belajar mengantri giliran dan mengalahkan rasa takut. Kini kantin dan perosotan sudah pindah. Entah ke bagian lain yang mana di bangunan ini. Sebuah ruang dengan pintu kaca yang berhias stiker bunga-bunga cantik berdiri di situ kini, menjelma sebuah klinik spesialis entah apa yang baru. Pojok itu tumbuh. Berkembang. Maju.

Duduk menunggu sendiri di sini. Di tengah keramaian. Tak disangka terasa sungguh menyenangkan. Seperti mendapatkan kesempatan yang sangat langka. Tersadar betapa waktu untuk menikmati kesendirian sudah sangat sulit didapatkan.

Di sini. Duduk sendiri. Di tempat yang tanpa kau sadari ternyata menyimpan banyak memori diri. Teringat tubuh dengan nyeri operasi berjalan melintasi ruang ini. Kunjungan unit gawat darurat di pagi hari ketika luka tak kunjung menutup. Teringat hati yang penuh bahagia ketika membawa bayi pertama pulang. Dan bayi ke dua. Teringat...

(Oh, si dokter gigi sudah datang. It's time for my root canal treatment. )