Lagu Kanak-Kanak Abadi

Lagu kanak-kanak jaman dulu memang gak ada matinya deh.

Sudah lama saya ingin membelikan Obin kaset lagu anak-anak jaman saya kecil dulu. Akhirnya kemarin, saya sengaja menyempatkan diri pergi ke toko kaset, untuk membelinya. Judulnya Kumpulan Lagu Abadi Taman Kanak-Kanak. Semuanya ada 30 judul lagu di dalamnya. Ini judulnya:

- pelangi
- topi saya bundar
- balonku
- satu dua tiga
- ulang tahun
- bintang kecil
- bangun tidur
- naik delman
- lihat kebunku
- naik ke puncak gunung
- naik kereta apiku
- hai becak
- desaku
- tik tik tik bunyi hujan
- menanam jagung
- aku seorang kapiten
- dua mata saya
- disini senang disana senang
- burung kutilang
- ku kuruyuk
- potong bebek angsa
- anak kambing saya
- nina bobo
- teringat bunda (bunda piara)
- ibu pertiwi
- matahari terbenam
- kupu-kupu yang lucu
- bermain layang-layang
- dakocan
- sayonara/ gelang sipaku gelang


Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, saya mendengarkan kaset itu, ikut menyanyikannya, sambil terkadang tersenyum-senyum sendiri. Wow, ternyata saya masih ingat semua lagu yang ada. Saya menyukai hampir semua lagu. Favorit utama saya antara lain adalah: pelangi, bintang kecil, tik-tik-tik bunyi hujan, naik delman, burung kutilang, dan kupu-kupu yang lucu. Ada pula lagu-lagu lain yang saya suka namun tidak ada di kaset itu, seperti: bintang kejora, bulan sabit, cemara, paman datang, ambilkan bulan bu, dan ... wahhh banyak juga ya ternyata lagu kanak-kanak jaman dulu itu. .. dan lagu-lagu itu indah semuanya. Sederhana tapi indah. Lugas tapi bernas.

Di dua site ini, saya temukan lebih dari 70 lagu-lagu kanak-kanak jaman dulu. Banyak juga, ya? Hampir seluruhnya saya tahu. Tentu ibu, kakak, dan ibu-ibu guru TK saya yang berjasa dalam hal ini. Saya kemarin juga jadi ingat bahwa dulu waktu baru masuk TK, saya puya lagu andalan: Bunda Piara. Saya dulu senang menyanyikan lagu ini jika disuruh menyanyi di depan kelas. Rasanya keren aja, soalnya teman-teman yang lain paling baru bisa lagu-lagu yang lebih sederhana seperti pelangi, balonku, cicak, dan satu-dua-tiga.

Ada yang masih ingat gak judul acara menyanyi lagu anak-anak di TVRI jaman dulu? Saya gak ingat nama programnya. Tapi saya ingat ada satu acara pelajaran menyanyi dan satu lagi acara lomba menyanyi, disiarkan sore hari di TVRI. Ada juga acaranya Pak Kasur dan Bu Kasur (Taman Indria, kalau tidak salah). Acara-acara itu jarang saya lewatkan, selain juga karena di masa itu belum banyak pilihan acara di TV kita. Acara-acara ini lah yang juga menyumbang cukup banyak bagi perbendaharaan saya akan lagu kanak-kanak abadi.

---

Kepada Ibu Sud, Ibu Kasur, Pak Kasur, Pak AT Mahmud, Pak Dal, dan semua pengarang lagu kanak-kanak abadi, saya ucapkan terimakasih banyak. Anda semua telah mengisi masa kanak-kanak saya dengan kecerian lagu-lagu indah itu. Bahkan sampai sekarang pun, di saat saya kembali menyanyikan lagu-lagu itu -- baik untuk Obin atau untuk diri sendiri -- hati terasa jadi ringan dan ceria.

Saya dan Rokok

Percakapan dengan seorang teman beberapa hari yang lalu membuat saya teringat dengan kisah saya dan rokok. Ya, saya dulu merokok. Ya tentu, sekarang saya sudah tidak merokok lagi.

Saya ingat, dulu awalnya bermula ketika sahabat saya tiba-tiba ingin merokok, kemudian ia mencobanya, hingga akhirnya mulai menjadi kebiasaannya. Pada saat itu saya termasuk orang yang berkomentar, "Apa-apaan sih lu, kok pake ngerokok segala". Waktu berjalan, hingga suatu hari saya pun tergoda untuk mencoba. Sekedar mencoba. Sekedar ingin tahu.


gue sekarang ngerokok euy... udah cukup lama. tepatnya sejak N ngerokok, yah awal semester ini. tambah-tambah setelah S masuk tempat kost gue. dari yang bego banget, sampe yang udah lumayan gak kaku lagi. kacau yah gue. tapi gue udah memutuskan: gak akan beli dan gak akan di depan orang lain (di dalam kamar aja).
- 26 november 95

gue makin kacau... makin-makin... gue udah melangar batas yang gue buat sendiri. gue udah beli rokok tadi. sebenernya apa enaknya sih ngerokok. udah rasanya gak enak, bikin puyeng lagi. tapi bengong-bengongnya itu lho yang binkin gue pengen. bahaya nih. udah cukup 1 kali aja. gue kayaknya perlu cerita ke orang. pengen nulis surat ke M.
- 28 november 95


Saya masih ingat, waktu itu saya akhirnya jadi menulis surat panjang ke sahabat saya yang tinggal di kota lain. Isinya curhat abis tentang merokok ini. Kemudian surat balasannya malah membuat saya tertawa terbahak-bahak. Ia bilang, ia bahkan sudah mulai merokok jauh sebelum saya.


hari rabu, udah libur, tapi gue masih di bandung. lagi baca taiko, buku ke-3, sambil ngisap rokok, bungkus ke-4, batang ke-13. rokok itu candu yang aneh, buat gue: setiap gue ngerokok gue berpikir untuk berhenti, tapi setiap gak ngerokok gue berpikir untuk ngerokok lagi. gue cuma berharap suatu saat nanti gue bener-bener bisa ninggalin kebiasaan ini. bisa memandang saat ini sebagai suatu pengalaman yang (mungkin) berharga, tapi tanpa penyesalan.
- 27 Desember 95


Ya, dulu saya merokok. Bahkan menurut saya, dulu saya sudah bisa dibilang perokok, bukan sekedar merokok. Dari sekedar mencoba, kemudian rajin minta, lalu beli sendiri, sampai kemudian jadi minimal satu bungkus untuk satu setengah hari.

Saya dan proses berhenti merokok adalah suatu kisah tersendiri. Suatu saat saya pernah ketahuan oleh orang tua. Namun ini hanya mampu membuat saya berhenti merokok selama 2 minggu. Kemudian dapat pacar yang tidak merokok. Sang pacar katanya sih tidak melarang. Hanya saja saya tahu pasti ia sangat ingin melihat saya berhenti merokok. Namun hal ini pun tidak secara otomatis membuat saya berhenti. Akhirnya hanya kesadaran bahwa saya adalah perempuan -- yang kelak ingin dan akan mengandung -- lah yang kemudian membuat saya bulat berniat untuk berhenti total merokok. Saya hanya tidak ingin menyesal kelak kemudian hari.

Ya, saya dulu merokok. Ya, sekarang sudah tidak lagi.

Foto-foto Planetarium

Ayo... yang mana siapa????

Jamur

Kadang-kadang hal kecil yang tidak berarti bisa membuat saya merasa begitu gembira. Terkadang saya sampai terkagum-kagum, saya dengan mudahnya bisa gembira oleh hal-hal aneh ataupun biasa yang tidak ada artinya.

seperti halnya beberapa hari yang lalu,
di suatu sore hari di Jakarta,
sebatang jamur
bisa membuat saya merasa gembira....


Sore itu dalam perjalanan pulang menuju rumah, hujan turun dari langit Jakarta. Suatu sore hari yang penuh sesak di jalan Rasuna Said. Kendaraan pun tersendat-sendat bergerak perlahan. Dengan kendaraan yang maju dengan enggan itu, saya pun terpaksa harus menikmati apapun pemandangan yang ada. Rintik-rintik hujan, wiper mobil yang berderik-derik, pejalan kaki yang berlari-lari kecil menyeberang jalan, pengendara lain yang jika saya beruntung terkadang cukup menyenangkan untuk dilirik, tanaman yang ada di pembatas jalan, semuanya. Terkadang pula di saat seperti itu, melamun merupakan pilihan yang lebih menyenangkan.

Maka di sore itu, di tengah-tengah lamunan, tak sengaja terlihat oleh saya sebatang jamur yang tumbuh di sela-sela rumput pembatas jalan. Sebuah jamur berbentuk payung. Ya, jamur berbentuk payung. Bukan jamur berbentuk kuping, atau jamur yang berbentuk abstrak yang menempel di kayu, atau jamur-jamur lain yang saya tidak pernah tahu namanya. Tepatnya bukan hanya sebatang. Kira-kira ada empat batang jamur payung, tumbuh di suatu sudut di sela-sela rumput pembatas jalan Rasuna Said. Payungnya pun belum lagi mengembang, warnanya putih kecoklat-coklatan, tumbuh segar di bawah siraman hujan sore hari itu. Sejenak teringat akan lagu yang sering saya nyanyikan untuk putra tersayang ketika menikmati hujan bersama ... seperti jamur yang tumbuh subur disirami hujan rintik-rintik...

Tidak bisa saya jelaskan mengapa jamur itu membuat saya merasa gembira sore itu. Tidak bisa saya jelaskan kenapa. Yang jelas sepanjang sisa perjalanan, saya gembira. Macet dan penat tidak lagi terasa.

sebatang jamur
sengaja saya tulis
agar suatu saat nanti saya akan ingat
terkadang hal-hal kecil yang tidak berarti
bisa membuat saya merasa begitu gembira.


... and you, what's small thing that makes you happy lately?

Planetarium Report

Akhirnya kesampaian juga cita-cita saya untuk ke planetarium lagi. Thanks buat teman-teman yang sudah bersedia menemani :-)

The Gathering
Sabtu, 8 Februari 03, siang, satu-persatu calon penonton planetarium bermunculan. Di halaman parkir TIM, saya bertemu my sister, yang ternyata jadi terinspirasi untuk membawa 3 keponakan saya menonton. Kemudian saya bertemu dengan Detta, Erly, Rhe dan dua temannya. Setelah membeli tiket sebentar, kemudian kami bergabung dengan Okke dan Irini yang sedang menunggu satu orang temannya di pintu masuk.

Okke.. hihi... bener tampang lu galak. Kalo dikau gak cengar-cengir duluan, pasti gue gak berani negur ... Detta, gimana, u'r hubby curiga gak? hihi.. naughty lady.. ngakunya ke salon...

The Show
He he he... kayaknya kita salah milih hari deh. Ruangan lobby planetarium, tempat kami menunggu pertunjukkan, sudah penuh dengan rombongan anak-anak SD dengan seragam pramuka. Tidak lama kemudian datang lagi satu rombongan anak SMP dengan seragam batiknya. Huhuy.. buat neng Nita, rugi gak jadi datang. Kalau datang kan Nita bisa bernostalgia dengan kisah romantis jaman SMP dulu...hihihi

Jam 2 siang, tangga untuk naik ke ruang pertunjukkan di atas dibuka. Malas berdesak-desakkan dengan anak-anak itu, kami berlambat-lambat naiknya... dan keapesan pun dimulai. Sampai di dalam ruangan... hallooo .. kok tempat duduknya udah penuh semua....???? Wahhh curang mereka jual tiketnya lebih dari kapasitas tempat duduk seharusnya. Akhirnya kita pun duduk di kursi tambahan dari plastik dan selama pertunjukkan pun terpaksa duduk mendongak. Huhuhu.. leher jadi pegel deh..

Did I ever say that you can get the tranquility feeling, the peace of mind, etc.. etc...there? Ho ho ho, sorry guys, you can't got those feeling yesterday :-). Sebaliknya pertunjukkan kemarin terasa meriah sekali, dengan riuh-rendah suara anak-anak sekolah itu dan beberapa kali tepuk-tangan massal selama pertunjukkan. Berbeda sekali dengan pengalaman terakhir saya ke sana beberapa tahun yang lalu, sepi dan adem. Kali ini saya menganggap pertunjukkannya terasa lama, padahal dulu saya merasa waktu pertujukkannya kurang. Entah apa karena memang lebih panjang waktunya, atau karena tempat duduknya dan suasananya yang kurang nyaman, atau karena pertujunjukkannya sendiri yang kurang asyik. Satu lagi yang menggangu.. huhuhu.. itu lho naratornya. Mungkin karena banyak penontonnya, dia jadi semangat melucu, namun sayangnya kurang lucu. Terus terang sih, saya pribadi lebih senang bila porsi latar belakang musiknya lebih banyak daripada ceramah ilmiahnya.

Pertunjukkan kali ini bertajuk Penjelajah Kecil di Tata Surya, seingat saya berbeda dengan yang pernah saya tonton sebelumnya. Kali ini terasa penekanannya yaitu pada benda-benda 'kecil' yang menjelajah tata surya, seperti meteor, komet, dan asteroid. Mereka adalah benda-benda 'kecil' di angkasa luar yang bila dalam pergerakannya (periodik ataupun anomali) bersinggungan dan gagal dihancurkan oleh atmosfir bumi kita, bisa saja menenggelamkan satu benua. Untuk sejenak waktu saya jadi merasa begitu kecil di tengah jagad ini.

Saya juga sangat menikmati gambaran mengenai hujan meteor. Hujan meteor itu bagus ya? Pantas saja ia menjadi inspirasi film-film romantis seperti Meteor Garden dan Meteor Rain :-) Hujan meteor ini seperti 'bintang jatuh', tapi banyak jumlahnya dan arah datangnya seolah dari satu titik. Hmm... kira-kira seperti percikan kembang api. I wished I can see the real meteor rain someday.

O ya satu hal lagi saya selalu terkagum-kagum dengan orang-orang jaman dulu (bangsa Yunani etc). Mereka kok bisa-bisanya ya menciptakan gambaran rasi-rasi bintang itu. Dengan imajinasi mereka bisa merangkai titik-titik bintang yang berserakan itu menjadi berbagai figur, kalajengking, dewa yang memegang busur, dewi menuang air, dsb, dsb. Buat saya menghayal dan menamai bentuk-bentuk awan adalah hal yang sangat mudah. Tapi untuk bisa memperoleh suatu figur dari serakan beribu bintang-bintang, itu benar-benar pekerjaan seorang penghayal ulung!!!

Akhirnya, pertunjukkan kemarin gak sepenuhnya bikin kesal. Cukup memuaskan dahaga saya untuk memandang langit penuh bintang. Adapula spot-spot yang cukup menyenangkan selain meteor rain itu, misalnya ketika hanya musik yang melatari langit penuh bintang (sayangnya yang seperti ini singkat sekali). Atau ketika langit disimulaikan 'bergerak' sehingga saya merasa makin kecil dan tidak ada apa-apanya dibanding semesta yang seakan-akan bergerak itu. Namun saya mencatat, bila saya ke planetarium lagi, saya tidak akan memilih hari Sabtu, Minggu, atau hari libur lainnya. And I will bring my own music :-)

After the Show
Setelah pertunjukkan selesai, kami bertemu dengan Ollie dan Erwin, yang terlambat datang. Foto-foto sebentar. Sorry, fotonya menyusul ya, gue lagi ada kesulitan mengupload, karena dirumah sekarang lagi gak bisa online. Detta gak lama kemudian pamit. Buru-buru amet, Dett ;-) Akhirnya diputuskan untuk ngobrol-ngobrol sebentar (sambil menemani saya makan siang.. maaf laper banget). Chat.. chit.. chut.. chat.. chit.. chut.. ngobrol ngalor ngidul. Ngobrolin tentang blog-blog lain pasti dong jadi topik utama. Dan ternyata ketahuan bahwa Erly itu satu esde sama Erwin (what a small world?). Okke dan teman-temannya lalu diculik oleh Tresia, untuk melanjutkan acara mereka di tempat lain. Gak lama kemudian rombongan kecil 'planetarium' ini pun bubar.

Thank you guys... nice to meet you all....

UPDATE: Baca juga report oleh Ollie dan Irini . Juga oleh Okke dan Detta :-)