Maaf





Selamat Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir Batin

maaf
maaf
maaf




*image by itypeit (via okke)

Mengambang dan Berayun

Terbaring malas di kamar. Kala itu pagi. Selembar koran di tanganmu. Kau baca. Lalu mulailah kalimat-kalimat bergulir di udara. Dialog. Monolog. Antara hakikat dan syariat.

Di luar jendela, ada layang-layang tersangkut di ujung atap. Menggantung pada sejengkal benang. Kertas putihnya terkoyak. Tinggal buluh rangka dan sisa sobekan, berayun-ayun dicanda angin kemarau.

Melengkung sudut bibirmu. Suara menyublim dalam ruang. Mengambang. Hakikat dan syariat hilang dalam angin. Hanya ada layang-layang robek berayun-ayun di depan matamu.

Bangkok dan Bunga

Image hosted by Webshots.com

"Wow, kota ini penuh dengan bunga!" Itu salah satu kesan saya mengenai kota Bangkok, saat pertama kali menyusuri jalan-jalannya di awal Maret tahun ini.

Bunga, bunga, bunga.... Di sepanjang jalan yang saya lalui, saya melihat banyak sekali pohon peneduh dengan kerumun bunga merah muda pucat. Memenuhi kota. Cantik. Bahkan di pelataran parkir tempat saya menginap, kaki saya melangkah di antara serpihan gugur bunga yang sama. Pepohonan berbunga itu, di mata saya sekilas terlihat seperti bungur atau (mungkin) sakura. Entahlah, saya tidak tahu banyak tentang tanaman.

Saat itu, saya sempat bertanya pada An - rekan kerja saya di Thailand (ya, saya pergi untuk urusan kerja) – apa nama bunga yang mendominasi pemandangan di kota Bangkok itu. Ternyata dia juga tidak tahu, "I don’t know, I just call it sakura," katanya sambil tertawa. Hehehe... ternyata dia sama saja dengan saya, gak ngerti tanaman.

Image hosted by Webshots.com Selain kerumun bunga merah muda, saat itu Bangkok juga dipercantik oleh pepohonan dengan juntaian bunga berwarna kuning. Kali ini An bisa menjawab, "We call it King’s Flower. Warna kuning itu, warnanya raja. Orang-orang menganggap pohon ini sebagai pohon keberuntungan. Jadi banyak yang menanamnya di halaman tempat usahanya. Seperti di restoran ini."

---

Bangkok memang penuh bunga, dan sepertinya bunga memang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Thailand.

Image hosted by Webshots.com Selain tanaman peneduh jalan yang berbunga, kita bisa melihat bunga-bunga hias di berbagai sudut kota. Penjual berbagai bentuk bunga -- bunga hidup, bunga potong, bunga tabur, roncean bunga -- juga mudah ditemui di mana-mana. Roncean bunga (phuang malai) bahkan dijual dengan cara diasongkan di pinggir-pinggir jalan.

Bahkan... bunga pun bisa jadi penganan. Dalam satu perjalanan ke tempat wisata di pinggir kota Bangkok, saya sempat mencicipi berbagai jenis bunga goreng! Yup... digoreng seperti tempura. Frangipani goreng, bougenville goreng, asoka goreng, blue-butterfly-pea goreng, dan... lain-lain yang saya lupa atau tidak tahu namanya. Rasanya? Yang saya ingat, bougenville terasa getir. Sementara blue-butterfly-pea terasa agak manis.

---

Dalam perjalanan ke-dua ke Bangkok, September lalu, dalam hati saya berharap akan disambut oleh kerumun bunga yang sama. Hahaha, saya harus kecewa. Saya lupa. Ternyata seperti 'flamboyan saya', pohon-pohon berbunga ini pun punya musimnya sendiri. (Dan sekarang, Oktober, adalah musim flamboyan! Beberapa batang flamboyan di sepanjang perjalanan saya ke kantor mulai berbunga. Senangnya :p )




Dari hasil pencarian di internet (hey, penasaran!), akhirnya saya dapatkan nama bunga merah muda tersebut. Tabebuia rosea atau Chompu phanthip (chompu= pink, Thai). Pohon bunga tropis yang sebenarnya berasal dari Brazil, memiliki bunga berbentuk terompet dengan bebeberapa varian warna. Tanaman ini ternyata salah satu bagian dari proyek penanaman pohon di kota Bangkok.

Sedangkan King’s Flower adalah Cassia fistula. Pohon berbunga kuning keemasan ini memang sudah disahkan menjadi salah satu simbol kerajaan Thailand. Bahkan sejak 1987, dicanangkan proyek penanaman sembilan juta batang pohon ini di seluruh Thailand dan ditargetkan selesai pada tahun 2007 mendatang. Wow…


Btw, baru ngeh, blog saya ternyata kemarin ultah ke-4. Hehehe...