Cerita Perjalanan: Kuala Lumpur

Dari mana ya mulai ceritanya?

Hmm… Semua ini berawal di sekitar akhir tahun 2005, ketika seorang teman bercerita tentang sebuah promosi yang diadakan oleh maskapai penerbangan ini. Saya tergoda. Suami saat itu bilang, “Kenapa kamu gak pergi sendiri aja?” (maksudnya: tanpa Obin dan dirinya, gitu). Ay, ay… saya gak begitu kaget sih sama sarannya ini. Tapi supaya lebih yakin lagi, saya masih nanya,
Bener, nih? Rela?
- Iya
Ridho?
- Iya. Ridho. Beneran. (sambil ketawa)
Jadi akhirnya saya pun booking tiket murah itu (Jkt-KL-Bkk-KL-Jkt, total sekitar 800 ribu rupiah), dengan jadwal yang sama dengan rencana teman saya. Sedikit gambling, soalnya masih lama banget gitu lho, dan kondisinya tiket itu tidak bisa dibatalkan atau dialihkan.

September 2006. Akhirnya berangkatlah kami. Rombongan terdiri dari delapan orang. Delapan? Yup. Saya sendiri, ex-teman sekantor saya, N, dengan ibunya, budenya, dan adiknya; dan teman lain, E, dengan ibunya dan budenya. Hehehe, karena semuanya perempuan, sudah dapat diduga belanja-belanji akan masuk dalam agenda. Hahaha.

Kuala Lumpur . Terus terang, KL awalnya bukanlah tujuan kami. Cuma maskapai ini tidak punya penerbangan langsung Jkt – Bkk. Jadi harus mampir ke KL dulu.

Image hosted by Webshots.comDi KL kami hanya dua malam, menginap di sebuah hotel di kawasan Bukit Bintang – Pudu. Ini hotel, menurut opa-opa yang jaga, umurnya sudah 30 tahun. Hotelnya hihihi… sangat sekedarnya, dengan lobi yang berantakan dan lift yang berbunyi-bunyi seram. Hahaha... maklum, kami cari yang muraaah tapi strategis. Yang penting tempat tidur dan kamar mandi lumayan bersih. Dan saya dapet bonus tambahan, view dari jendela kamar saya lumayan keren. Bisa lihat KL Tower dan puncak Menara Petronas.

Image hosted by Webshots.comSampai di KL sudah menjelang malam. Tapi pukul 7 pm-nya KL masih terang benderang. Malam itu kami jalan kaki ke kawasan China Town (Petaling Street). Mampir makan malam di semacam area food-court di pinggir jalan. Saya nyoba kerang bakar dan nasi lemak. Ah, ya nasi lemak ini kayaknya makanan nasionalnya Malaysia. Di mana-mana ada nasi lemak: di pinggir jalan, di terminal bis, di airport, di atas pesawat, di mana-mana lah. Sayang saya lupa foto. Semacam nasi uduk kali ya, disajikan (nampaknya) selalu bersama ikan teri goreng, telur rebus, rendang, dan sambal.

Image hosted by Webshots.comPetaling Street itu adalah kawasan pasar tempat jual barang-barang murah dan tersedia juga barang-barang tiruan gitu. Menurut saya sih biasa aja. Barang-barangnya kayak Mangga Dua aja. Souvenir yang ada di sini juga standar banget. Palingan gantungan kunci, hiasan meja, atau asbak bergambar Petronas. Kaos T-shirt, walaupun ada beberapa yang menarik gambarnya, kualitas bahannya gak bagus. Ada sih beberapa dagangan yang menarik hati -- untuk di foto dan dicicipi -- seperti penjual berangan panggang. Rasanya, saya bilang sih kayak hmmm… makan biji nangka atau duren gitu… hihihi.

Balik pulang ke hotel, para ibu dan bude memutuskan istirahat, sedangkan yang muda-muda -- saya masih muda, lho! -- memutuskan jalan lagi. Jalan kaki terus!!! Kali ini menelusuri Jalan Bukit Bintang dan terusssss lagiiii kemana kaki membawa, hehehe. Enak jalan kaki di KL. Trotoarnya besar-besar dan nyaman. Kesan sekilas saya KL memang bersih, rapi, dan teratur. Selain itu dimana-mana masih bertebaran bendera Malaysia, karena mereka memang baru aja ulang tahun. Dum.. dumm.. dumm.. jalan terus, sambil foto-foto, memotret objek, menjadi objek, jalan sampe kaki super pegel. Dan lewat tengah malam, akhirnya menyerah pada… ‘taksi!’ :p

Image hosted by Webshots.comHari kedua di KL, pagi-pagi udah siap-siap pergi lagi. Tujuan: Menara Kembar Petronas. Nyobain monorail -nya KL, terus nyambung lagi dengan LRT Kelana Jaya, turun di KLCC, tepat di bawah Petronas. Nice. Menikmati naik kendaraan-kendaraan cepat ini (tentu) disertai dengan menghela napas… membadingkan dengan… ahh, sudahlah :p Di Petronas, potret-potret-potret lagi. Gak bisa naik ke jembatannya (sky bridge), karena kuota pengunjung di hari itu udah penuh. Lihat-lihat sebentar ke dalam, ke Suria KLCC, kompleks mall di dasar Petronas Tower.

Image hosted by Webshots.comTujuan berikutnya adalah: Genting Highland , sebuah kawasan wisata (mall, theme park, casino, hotel, dll) di puncak gunung, sekitar 40 km dari KL. Caranya, naik LRT ke Terminal Putra. Lalu dari sini beli tiket terusan: Bus dan Sky Way ke Genting, pulang-pergi, termasuk main gratis di Outdoor Themepark-nya atau free-buffet di sebuah restoran di Genting (optional). Tiket terusan ini relatif murah (26 RM – untuk weekdays). Jadi dari terminal Putra itu, kami naik bis ke Gombak, dari gombak naik Skyway Cable Car ke Genting. Wiiihhh… skyway-nya cukup impresif: melintas di atas hutan hujan tropis, menembus kabut.

Image hosted by Webshots.comSampai di Genting, para ibu dan bude memilih memakai tiketnya untuk makan. They’re happy with the food :). Saya milih main dong. Outdoor ThemePark-nya Genting gak terlalu istimewa sih, kalau saya bilang. Lebih bagus Dufan. Cuma memang Genting punya beberapa wahana yang gak dipunyai Dufan. Selain itu di Genting dingiiinnn…brrr… gak panas menyengat.

Image hosted by Webshots.comGak banyak wahana yang saya coba, soalnya kami sudah pesan bus balik ke KL yang sore, jadi waktunya gak banyak. Langsung pilih beberapa permainan yang seru, yang belum pernah dicoba. Pertama Space Shot (turbo drop), dihempas dari ketinggian sekitar 56 meter. Wowww…! Lalu Flying Coaster, kayak roller coaster tapi dalam posisi berbaring jadi serasa superman lagi terbang gitu. Udah lama banget nih gak naik permainan yang bikin jantung serasa mau copot kayak gini… hehehe… Asik juga.

Indoor ThemePark juga biasa, kayak di Bandung Supermall aja. Cuma di Genting ada Snow World dan Sky Venture. Tiket terusan saya gak termasuk indoor theme park ini. Saya gak terlalu pengen lihat Snow World, pengennya Sky Venture, sky-diving simulator. Pengen banget ngerasain terbang!!! Hiks sayang, pas saya ke sana (sampai usaha 2x), ditutup sementara karena hujan. Memang gak jodoh. :(

Di Genting, saya juga sempat lihat-lihat ke dalam kasino. Wah… saya gak ada yang ngerti gimana cara mainnya. Lihat orang-orang yang pada main judi itu: takjub. Mata merah, muka kusut, tapi tetap terus pasang taruhan lagi, lagi, lagi…

Image hosted by Webshots.comSelesai dari Genting, balik lagi ke KLCC. Potret-potret Petronas di waktu malam. Keren. Cuma ya karena hanya dengan kamera digital biasa, kurang memuaskan hasilnya. Gak bisa nangkap keseluruhan menara, dan hasilnya sering goyang karena gak pakai tripod.



Image hosted by Webshots.comHari ke-tiga, saya cuma menghabiskan waktu di airport. Dari hotel naik taksi ke KL Center, lalu naik bis ke airport. Rombongan teman-teman dapat tiket penerbangan yang siang. Sementara penerbangan saya di sore hari. Cuacanya jelek. Penerbangan siang sempat tertunda sekitar 1,5 jam. Untung yang saya relatif on-time. Di pesawat, sengaja saya cari tempat duduk di belakang sayap, dan menghabiskan waktu dua jam dengan memotret perubahan awan dan warna langit. Dan membaca buku. Terbang menuju Bangkok…

Catatan tambahan:
  • Terlalu sering makan nasi lemak, membuat ekskresi saya kurang beres. Hehehe.
  • Sejak Maret 2006 kalau naik penerbangan murah ini ke KL, kita ternyata tidak akan mendarat di KLIA (Kuala Lumpur International Airport), bandara yang konon -- soalnya belum lihat sendiri :( -- super megah, lebih keren dari Changi. Mendaratnya di LCC (Low Cost Carrier) Terminal – halah namanya aja udah low cost hehehe – sekitar 20 km dari KLIA.
  • Air mineral di KL lebih mahal dari di Indonesia. Harga untuk 0,5 liter air (beli di 7eleven), kalo gak salah sekitar 2 RM (kurang lebih 5000 rupiah). Sekilas, harga-harga barang di KL kayaknya memang agak lebih mahal dari di Jakarta.
  • Apa lagi ya?? Entar ditambahin lagi deh kalo inget.



selamat menunaikan ibadah puasa
maafkan kesalahan-kesalahan saya, ya

Kolase Perjalanan

kuala lumpur & genting highland
bangkok

Klik, untuk memperbesar gambar.
Cerita... menyusul ya, kalau sempat :p

Kembali

Hai, udah balik nih. Bagaimana liburannya? Rasanya hmm.. campur-campur.

Menyenangkan sekali melihat hal-hal baru. Menghirup aroma kota yang berbeda. Menelusuri jalan-jalan yang asing. Memandang kerlip lampu yang tak sama. Berpas-pasan dengan wajah-wajah yang tak dikenal. Mendengar percakapan yang tidak dimengerti. Mengecap rasa yang tak biasa.

Ada beberapa rencana yang gak kesampaian sih, karena berbagai hal. Bikin penasaran dan gak puas. Sempat juga ketipu-ketipu dikit, hehehe.. hey, tapi malah menambah pengalaman, kan?

Senangnya juga, Obin dan Ayah baik-baik aja di rumah. Jadi hati rasanya tenang. Tiap telpon ke rumah, suara Obin tetap riang. He's really a big boy now. :)

Anyway, thanks untuk semua yang udah komen di posting sebelumnya. Ya, Atta, ini berkaitan dengan tiket murah yang saya beli hampir setahun yang lalu... ;)

* foto-foto menyusul

Mom's Days Out

Uhm... Saya mau nanya, nih...

Jadi gini ceritanya, ada seorang ibu. Ceritanya dia bakalan pergi liburan, nih. Sendiri. Seminggu. Ibu itu punya anak yang masih balita. Apa? Oh, bukan. Dia bukan full-time mom. Dia kerja, kok. Full time. Senin sampai Jumat. Selain week-end, tiap hari ketemu anaknya paling satu-dua jam, pagi-pagi. Kalau malem, seringnya anaknya udah bobok. Gitu.

Nah, pertanyaan saya gini nih, "Ibu itu egois gak sih?"


Silakan dijawab. Gak usah sungkan-sungkan. Sementara itu, saya pergi dulu ya!!!! Sampai ketemu lagi.... :)



----

PS (buat Ayah dan Obin):
Ayah sama Obin, jangan sering-sering berantem ya, selama Bunda gak ada... hihihi... :p