Menanam Rumput

Ngapain aja akhir minggu yang mendadak panjang kemarin? Di rumah aja? Atau keluar kota? Seperti judul, menanam rumput, itulah yang dilakukan keluarga gue week-end kemarin, hari Minggu dan Senin.


---
Halaman rumah nyokap bokap memang lumayan luas. Dulu memang sengaja memilih untuk tinggal di daerah Jakarta coret supaya bisa punya halaman yang cukup besar. Di halaman depan rumah ada pohon mangga, rambutan, jambu air, dan alpukat. Lumayan, walaupun berbuahnya jarang-jarang dan lebih sering berulat. Permukaan tanah di halaman depan ini juga seharusnya ditutupi dengan rumput. Namun sudah beberapa bulan terakhir ini tanah tersebut telanjang alias rumputnya mati semua.

Mungkin salah satu penyebabnya adalah musim kemarau yang cukup panjang beberapa bulan yang lalu. Kalau menurut Nyokap, penyebabnya adalah ayam-ayam bokap yang jumlahnya sempat mencapai ..err.. berapa ya.. 20 ekor? Mungkin lebih sih kalau cucu-cucu ayamnya juga ikut dihitung. Kenapa ayam-ayam itu yang dipersalahkan? Karena menurut nyokap:

Pertama,
kalau rumputnya kering hanya karena musim kemarau,
seharusnya pas datang musim hujan rumput itu akan bersemi lagi.
Kedua,
rumput-rumput tetangga masih hijau tuh ternyata ^__^

Akhirnya hari Minggu kemarin diputuskan untuk menghijaukan kembali halaman depan rumah. Sebagai persiapan, bokap udah beli buku Teknik Menanam Rumput. Kok pake buku segala? Soalnya menanam rumput itu gampang-gampang susah, kata bokap. Satu atau dua bulan yang lalu, bokap udah nyoba menanam sebagian halaman dengan rumput, tapi kemudian rumput tersebut gagal hidup. Agar tidak mengulangi kegagalan itu, kali ini semuanya harus mengikuti teknik yang ada di buku.

Minggu pagi bokap dan nyokap pergi membeli rumput seluas sekitar 25 meter persegi. Kenapa segitu? Karena cuma sebanyak itu rumput yang bisa masuk ke bagian belakang mobil kijang milik bokap. Rumput yang dibeli adalah rumput gajah. Selain karena murah meriah, jenis rumput ini lah yang paling gampang perawatannya. Rumput tersebut dibeli bukan di tukang-tukang taman di pinggir jalan, tapi nun jauh disana, di tempat rumput-rumput untuk dijual itu ditanam. Rumput itu masih tertanam di lahannya sebelum dibeli. Ketika transaksi sudah disepakati, baru kemudian rumput itu diukur, ditandai, dan kemudian dicangkul sekeping demi sekeping. Pokoknya rumputnya asli masih segar!

Hari Minggu siang acara menanam rumput dimulai. Pesertanya seluruh orang yang ada di rumah hari itu: bokap, nyokap, gue dan suami, kakak gue yang cowok, sepupu gue, si mbak, bahkan Obin pun gak mau ketinggalan. Gue dan suami bertugas mengangkut rumput keluar dari mobil ke halaman. Yang lainnya menyiapkan lahan dan kemudian menanaminya dengan rumput. Menyiapkan lahan? Ya, menurut buku itu, sebelum ditanami, tanahnya harus dipersiapkan dulu agar rumputnya bisa tumbuh. Tanahnya harus digemburkan dulu, batu-batu harus disingkirkan, dan tanah yang kurang subur harus diberi pupuk dulu. Tahap menyiapkan lahan ini adalah tahap yang paling berat memang. Buat para petani dan tukang kebun, pasti ini merupakan pekerjaan yang kecil. Tapi buat orang-orang yang sudah terlalu lama tinggal di Jakarta seperti kami, yang jarang berkutat dengan kebun, jangan ditanya deh gimana ngos-ngosannya.

Tahap berikutnya, setelah tanahnya siap, adalah menanaminya dengan rumput. Tahap ini gampang. Keping-keping rumput yang masih ada tanahnya itu tinggal ditempelkan saja di lahan, dengan sedikit ditekan-tekan. Bokap memilih untuk menanam dengan sistem karpet bukan dengan sistem padi. Sistem karpet artinya seluruh permukaan tanah ditanami rumput dengan rapat. Berbeda dengan sistem padi (ini istilah kakak gue), rumput ditanam jarang-jarang, sehingga perlu waktu agak lama untuk mendapatkan hamparan rumput yang rapat.

Setelah sekitar tiga jam berkerja keras, gotong royong, dengan modal semangat, akhirnya semua rumput yang sudah dibeli tertanam juga. Akhirnya seperempat halaman depan rumah sudah dipenuhi dengan rumput. Seperempat? Ya, baru seperempat. Perjalanan masih panjang....

Esok harinya, Senin, pekerjaan dilajutkan, diawali kembali dengan membeli rumput lagi. Pada hari kedua ini, peserta banyak yang mengundurkan diri dengan alasannya masing-masing. Bokap pun akhirnya membayar seseorang untuk membantunya mengolah tanah. Pada hari ke-dua ini dengan jumlah peserta yang menurun drastis dan semangat yang mengendor, hasilnya hanyalah petak-petak tanah yang sudah digemburkan, namun belum ada rumput tertanam. Ternyata acara menanam rumput masih harus berlanjut, walaupun libur akhir pekan sudah berakhir. Selamat!!!

Bro: Lumayan juga nih keringetan (red: udah lama gak olahraga)
Nyokap: Ini ayam minta dipotong juga, ya! (ngomentarin 4 ekor ayam kampung yang tersisa, waktu mereka sedang pesta makan rumput yang baru ditanam)
Bokap: Ada betadine, gak? (tangan bokap sampai luka kena beling)
Hubby: Bunda kok tiba-tiba jadi sakit sih? (Ngomentarin gue yang Minggu malam mendadak kumat alergi bersin-bersin)
Obin: Da! Ta Da! (sambil lari mondar-mandir bawa sekeping rumput)
Nyokap: Udah dua hari kok gak hujan-hujan ya! Wahhh bakalan mati lagi nih rumputnya. (sambil berharap cemas)