KEMBANG API

Perempuan yang tak lagi muda itu duduk di anak tangga teras sebuah rumah. Malam telah amat larut, dan pekatnya kelam telah cukup nyaman baginya. Lampu di halaman telah dimatikannya tadi, begitu juga lampu yang menerangi teras. Ia ingin merayakan malam ini sendiri saja. Dengan caranya sendiri. Untuk sekali ini, tidak ingin ia berbagi dengan orang lain.

Dibukanya sebuah bungkusan plastik hitam. Dikeluarkannya sebuah kotak panjang berwarna merah. Sekotak kembang api. Beberapa hari yang lalu, di sebuah pasar tradisional, tumpukan kotak itu menarik perhatiannya. Setelah tertegun sejenak, akhirnya ia biarkan kakinya melangkah ke arah meja kecil di emperan pasar itu. Tanpa menawar dibelinya satu kotak yang berisikan sepuluh batang.

Malam ini ia ingin menyalakannya. Ia ingin menikmati keindahan pijar-pijar itu lagi, seperti yang dilakukannya dulu, di masa yang telah lama lampau. Di masa yang selalu ingin dikenangnya.

Dinyalakannya batang kembang api pertama. Bunga api pun memercik, meletik, mendesis di gelap hening malam. Pijar itu begitu indah walaupun hanya sesaat. Perempuan yang tidak lagi muda itu terpesona memandang kedip bunga api. Tenggelam lamunannya. Bagai tersihir, di setiap kedip pijaran, ia seperti melihat kembali masa lalunya. Bagai si gadis penjual korek api yang melihat angannya dalam cahaya korek api.

Kilas hidupnya tergambar di setiap pijar, membayang di antara bunga-bunga api yang memercik...

....pijar pertama....

No comments: