Terselip-Ketik

Saya sering terselip-ketik. Maksudnya salah ketik gitu. Mungkin karena saya memang tidak pandai mengetik. Tidak semua jari termanfaatkan dengan baik, ketika saya mengetik. Tapi lumayanlah, setidaknya saya mengetik tidak hanya dengan satu atau sebelas jari.

Tapi ada yang menarik. Saya perhatikan salah satu kesalahan yang sering saya lakukan ketika mengetik (dan juga ketika menulis) adalah saya sering melupakan kata-kata ‘tidak’ (bukan, enggak, dll) dalam kalimat (yang seharusnya) negatif. Alih-alih menulis “Maaf, saya tidak sempat balas e-mailnya, soalnya saya sibuk sekali.” eh jadinya malah “Maaf, saya sempat balas e-mailnya, soalnya saya sibuk sekali.” Jadilah sebuah kalimat yang maknanya jelas… ups gak jelas.

Tapi itu masih mendingan, karena kalimat di atas adalah kalimat majemuk. Masih ada anak kalimat yang menjelaskan, sehingga orang yang membaca mungkin jadi bertanya-tanya sebentar tapi kemudian memaklumi kalau ini adalah salah ketik. Coba kalau selip-ketik ini terjadi pada kalimat-kalimat singkat pada SMS. Misalnya, ketika saya seharusnya kirim SMS, “Gue gak jadi pergi”; eh saya malah mengetik pesan “Gue jadi pergi”. Wah, ini kan bisa fatal akibatnya.

Apakah terselip-ketik seperti ini termasuk Freudian Slip (slip of the memory, slip of the mind, slip of the tongue, slip of the pen)? Kalau benar, berarti ‘bawah sadar’ seperti apa yang berusaha muncul ketika saya terselip-ketik kalimat (yang maunya sih) negatif itu. ‘Bawah sadar’ seperti apa yang tertekan oleh ‘kesadaran’ saya, sampai-sampai selip-ketik itu terjadi?

Apakah saya sedang berbohong? Ketika saya terselip ketik tidak sempat”, sebenarnya saya memang sempat, dan saya bohong waktu saya bilang saya sedang sibuk.

Atau semi bohong? Waktu saya bilang “Gue gak jadi pergi”, faktanya saya memang tidak jadi pergi, tapi mungkin dengan terpaksa karena 'bawah sadar' saya sebenarnya ingin pergi.

Tapi kenapa cukup sering terjadi ya? Apa berarti saya sering bohong?

Kalau memang saya sering bohong, tapi kenapa selip-ketik yang sering terjadi (dan terperhatikan) itu berhubungan dengan kata ‘tidak’? Apakah karena ‘bawah sadar’ saya punya penolakan atau ketakukan terhadap kata ‘tidak’ ini?

Well… mungkin kalau Freud masih hidup dia bisa kasih analisis panjang lebar tentang hal ini. :-)

No comments: