Mainan Siapa Gerangan?

Saya suka sama mainan jaman dulu atau mainan tradisional. Mainan yang gak akan kita temukan pada toko mainan di segala jenis modern-market saat ini. Paling-paling kita masih bisa menemukannya di pasar tradisional atau dijual oleh penjaja mainan kaki-lima. Walaupun gak bisa dibilang sebagai koleksi, saya punya beberapa mainan seperti ini.

Kapal othok-othok, begitu saya menyebutnya. Gak jelas juga apa nama mainan ini sebenarnya. Kapal-kapalan ini dibelikan oleh hubby pada penjaja mainan sekitar kebon binatang di Bandung. Terbuat dari seng, kapal-kapalan ini (seharusnya) bisa berjalan di atas air. Caranya, kapal diapungkan dulu dalam baskom berisi air. Lalu di dalam rongga badan kapal ini, kita beri kapas yang sudah dibasahi minyak kelapa, kemudian kita nyalakan. Kapal ini (harusnya) akan berjalan dan mengeluarkan bunyi ‘othok-othok-othok-othok’. Begitulah. Cuma sayangnya, kapal othok-othok yang saya miliki ini belum pernah sukses ‘berlayar’.

Kura-kura seng ini juga dibeli di dekat kebon-binatang di Bandung, bertahun-tahun yang lalu. Dengan mekanisme yang sederhana, kura-kura ini bisa bergerak-gerak. Di bagian bawah badannya ada karet yang dipuntir, pemberat, dan gulungan tali kasur. Bila tali kasur itu kita tarik-ulur, maka kura-kura ini akan bergerak maju-mundur. Lucu. Selain berbentuk kura-kura, kalau tidak salah sebenarnya mainan sejenis ini juga ada dalam wujud binatang lain.

Burung tanah-liat ini bentuknya sih sama sekali tidak menarik. Tidak juga bisa bergerak lucu. Tapi burung ini bisa berbunyi “huhu-huhu” kalau kita tiup dari bagian ekornya. Belinya di mana ya dulu? Wah lupa…

Gasing dari bambu ini belinya di Malioboro, Jogja. Ukuran bambunya cukup besar, diameter sekitar sepuluh sentimeter. Bila diputar cepat-cepat dengan tali pemutarnya, maka gasing akan melompat, lalu berputar. Kalau kita memutarnya cukup kuat, akan terdengar bunyi berdengung yang cukup keras. Ngunnnnggggg… Hati-hati bila mencoba menangkap dan menghentikan gasing dengan tangan, ketika putarannya masih kencang. Salah-salah tangan bisa tergores dan luka (hehe boong deng… )

Namanya juga peluit, berarti memainkannya dengan cara ditiup. Sebenarnya ada dua macam peluit bambu yang saya temukan. Yang pertama, seperti yang ada pada gambar sebelah. Yang kedua lebih kecil, namun memiliki alat seperti katup pada ujung bawahnya. Katup ini bisa disorong-sorong, sehingga nada suara yang dihasilkan oleh peluit bisa beragam tinggi-rendahnya.

Kodok lompat ini mungkin agak berbeda. Gak terlalu tepat disebut sebagai mainan tradisional, karena sudah bukan buatan tangan pasti. Kodok ‘made ini china’ ini saya beli pada penjaja kaki-lima di sebuah jembatan penyeberangan di Jakarta. Terbuat dari seng, bila kitar putar pegas-putarnya, kodok ini lalu akan melompat-lompat. Mainan yang cukup bagus untuk diletakkan di atas meja kantor dan dimainkan kalau lagi bosan. Hehe.

Masih ada beberapa mainan lagi sebenarnya; ada boneka yang bisa digerakkan dengan tali, ada mainan dari tanah liat dan kertas semen yang gak jelas bentuknya tapi bisa berbunyi ‘ngek-ngok’, ada mainan dengan tongkat dan roda yang bisa didorong hingga berbunyi ‘tek-tek-tek’, dan macam-macam lagi. Tapi sekali lagi saya bukan kolektor yang baik. Kadang mainan-mainan ini tergeletak begitu saja, rusak, hilang, atau terbuang ke tempat sampah. Namun kalau kebetulan melewati tempat-tempat yang cukup ‘eksotis’, saya masih menyempatkan untuk lirik-lirik, kali-kali aja masih menemukan mainan serupa. :-)

***

Mainan jaman dulu, saya lebih suka menyebutnya begitu; walaupun sebenarnya ini bukan mainan saya ketika kecil dulu. Entah kenapa saya gak pernah main dengan mainan-mainan ini dulu. Mungkin kah ini mainan jaman orang-tua kita? Atau kakek-nenek kita? Atau adakah di antara kalian yang memainkannya ketika kecil dulu?

No comments: