Kelinci di Bulan



“Tingkel-tingkel litel stal. Bow ay bondel bot yu ay… Tingkel-tingkel litel stal. Bow ay bondel bot yu ay… ”

Sudah jam sembilan lewat sepuluh. Obin masih saja melompat-lompat di tempat tidur, sambil meneriakkan lagu twinkle-twingkle lil’ star, a la Obin tentunya.

“Bin, bobok yuk.” kataku, sambil merapikan bantal dan selimut yang bertebaran di tempat tidur. “Pake lampu bobok, ya!” kataku kemudian sambil mengganti lampu terang dengan lampu tidur.

“Mau nonton balni wan tu tli pot.”

Duh, dia mau nonton vcd Barney yang itu lagi. Itu bisa berarti baru satu jam lagi tidurnya. Gak ah. Gak ok.

“Komputernya mau bobok juga, Bin. Kan dari tadi udah nyala terus Obin pake gambar-gambar. Kasihan… nanti rusak.”

“Eh… sini… sini…, Bunda mau dongeng nih.” Kataku buru-buru ketika melihat Obin sudah mau turun dari tempat tidur, hendak menyalakan kembali komputer.

Tapi dongeng apa ya?? Duh, mampus deh. Aku paling gak bisa kalau disuruh mendongeng. Apa baca buku aja, ya? Tapi males ah, baca buku juga kadang malah bikin dia gak bobok-bobok juga. Ya, udah deh, nekat dongeng aja.

“Hm… ceritanya… tentang…” Mataku menatap bintang, bulan, dan planet bercincin yang menempel di langit-langit. Mencari ide.

“Hm… tentang apa yaaa?”

“Tentang apa yaaa?” tanya Obin juga.

Hehe… dasar beo. Hmm... iya tentang apa ya? Waktu itu udah ngarang tentang anak kecil yang naik perahu bulan sabit. Walaupun garing jadinya. Sekarang tentang apa lagi ya?


***

“Hm… tentang bulan, Bin. Tentang kelinci di bulan. Nah, kalau bulan purnama, itu tuh... pas bulannya lagi bundar, Obin bisa lihat di bulannya ada kelincinya.”

“Hmmm???” tanya khas Obin kalau ia tidak mengerti apa yang sedang aku bicarakan.

“Iya, kelinci... Obin udah pernah lihat belum kelinci di bulan? Belum ya? Nanti deh ya, kapan-kapan Bunda kasih lihat. Nah, kelinci di bulan ini kerjanya memberi mimpi, Bin. Buat anak-anak kecil yang mau bobok. Iya bobok… kayak Obin sekarang”

“Kayak Obiin”, celetuk Obin senang.

“Mm-emm. Si kelinci di bulan ini tapinya lihat-lihat dulu anak kecilnya, hari ini baik atau gak. Sekarang kelinci di bulannya lagi lihat anak kecil yang di rumah sanaaa… Nama anak kecilnya…”
Duh siapa ya… hehe dasar paling lemot deh…

“Namanya…“ hmmm… “Elmo!!!”
Ah… gak kreatif banget sih ngasih nama…

“Hihihi... Elmo!!!” Obin malah cekikikan, justru mungkin karena nama itu dia kenal sekali.

“Kelinci di bulan lagi lihat Elmo. Kata kelinci di bulan… ‘Hmm, Elmo hari ini nakal sekali. Tadi waktu disuruh bundanya mandi, gak mau aja.’
Hihihi… pesan sponsor boleh dong.

‘Terus Elmo tadi mainnya juga gak pinter. Tadi Elmo waktu main sama temennya, mainnya gak mau sama-sama. Waktu mau pinjam mainan temennya, Elmonya gak minta ijin dulu. Waktu gak dikasih pinjam, malah ngerebut, malah mukul temennya.’ Gitu Bin…. Elmo nakal ya, Bin?”

“Iya, nakal. Elmo nakall” kata Obin yakin.

“Kelinci di bulannya gak mau ngasih mimpi yang indah, Bin, kalau anak kecilnya nakal. Jadi karena nakal, Elmo dikasih mimpi yang sedih deh sama kelinci di bulannya. Mimpi yang sedih, Bin.”

“Mimpi cedih…” Obin mengulangi kata-kataku. Berusaha mencerna mungkin.

“Kalau anak yang baik, dikasihnya mimpi yang indah. Kalau kita mimpi yang indah, kita besok paginya, pas bangun rasanya senaaang.”

“Cenaang. Cenyuum…” kata Obin.

“Iya, senyum. Kalau mimpi sedih, bangun-bangun kita rasanya sedih, jadinya nangis deh.”

“Nangis… Cedih…” kata Obin sambil membuat muka cemberut sedih.

“Nah… sekarang kelinci di bulannya lagi lihat Obin tuh. Obin hari ini baik gak?”

“Baik!!” kata Obin penuh keyakinan.

“Tadi Obin waktu Bunda suruh mandi, nurut gak?”

“Nuluut.” Lagi-lagi Obin berkata dengan wajah yang sangat yakin.
Hmmm... padahal tadi mandinya susah banget tuh…

“Oo nurut, ya… Terus tadi waktu main sama kakak Rafi, pinter gak?”

“Pintell …”

“Gak rebutan mainan? Gak pukul-pukul? Gak dorong-dorong? Mainnya sama-sama?”

“Cama-camaa, kok.”

“Oo… kalau gitu berarti Obin malam ini bisa dikasih mimpi yang indah sama kelinci di bulan… Sekarang Obin bobok ya? Nanti kalau Obin udah nyenyak tidurnya, kelinci di bulannya bakal kasih mimpi indahnya. Yuk… bobok yuk… Bunda juga udah ngantuk, nih. Berdoa dulu ya…”

***

Aku mulai memejamkan mata. Pura-pura tertidur. Aku dengar sejenak hening. Namun tak lama mulai terdengar suara Obin membolak-balikkan badannya di tempat tidur. Tapi tetap aku biarkan.

Tiba-tiba terdengar Obin berdiri dan berlari ke pinggir tempat tidur. Turun. Meraih gagang pintu dan membuka pintu dengan berisik, sambil berteriak,
“Yuk Bunda, ke lual yuk!! Ke lual, yuk! Obin mau ambil kulsi. Obin mau naik! Mau ambil… apa yaa??”

HAAAA… MASIH MAU MAIN LAGI?????

Mungkin semustinya tadi aku juga bilang kalau kelinci di bulan gak mau kasih mimpi yang indah buat anak kecil yang tidurnya terlalu malam… hehehe…

1 comment:

Anonymous said...

Wah.., postingnya bagus mba' noy (maaf kalo slh sbt nama), setidaknya, buat saya rada segeran lg setelah seharian di depan komputer. salam kenal