Sebelum jadi terlalu basi, sekarang gw mau cerita tentang open-house Sekolah Alam, tanggal 27 September yg lalu. Ini sebenernya sih bukan cerita open-house SA, lebih tepatnya cerita satu hari main-mainnya gw dan Obin di SA. Ya, bisa dibilang piknik keluarga, deh. Soalnya selain ketemu Shanty, di sana juga gw ketemu Uwin (my big bro) sama istri dan kucrilnya, Rhea dan Raihan. Juga dipastikan ketemu Luthfi dan Rafi, kucrilnya Itoy (my sister), yang memang sekolah di sana. Apalagi namanya kalau bukan piknik keluarga, ya kan?
---
Sabtu pagi itu, gw memasuki pintu gerbang Sekolah Alam yang terbuat dari bambu bersama Obin dan si Mbak. Ini sebenarnya buka kali pertama gw menginjak Sekolah Alam, setelah mereka menempati lokasi barunya di Jalan Anda, Ciganjur, sekitar 2 tahun yang lalu. Pertama kali gw ke sini adalah Agustus lalu. Cuma saat itu gw datang malam hari, ikut nebeng anak-anak murid yg datang menginap, untuk mengamati Mars dengan teropong bintang. Waktu itu, karena gelap, tentu aja gak banyak detail SA yang bisa gw lihat. Karenanya, Sabtu pagi itu, dengan berbekal sepotong denah SA, kami siap mengeksplor semua sudut SA. Lagipula sesuai saran Itoy, gw gak perlu ikut acara penjelasan mengenai SA (soalnya untuk yg satu ini gw bisa kapan aja tanya ke dia. Gitu kan sis maksudmu?)
Alami. Kesan gw masih tetap sama seperti saat pertama kali gw melihat SA di lokasinya yang dulu. Hanya saja sekarang lahannya datar, gak ada lagi tebing curam yang memisahkan bagian penerima dengan bagian utama sekolah. Kini yang tampak adalah lapangan rumput yang cukup luas, dengan jalan setapak melintasinya, dikelilingi pepohonan dan bangunan-bangunan dari kayu. Sekolah itu juga dilengkapi dengan sebuah empang kecil, sebuah rumah ikan, beberapa petak kebun sayur yang penuh dengan cabe dan terong yang menggelantung. Ada akuarium kura-kura di dekat kebun cabe, lalu ada juga kandang kelinci, kandang ayam, dan kambing.
Rumah Pohon
Misi gw kali ini adalah melihat rumah pohon, yg ternyata gak digambar di peta itu. Setelah tanya-tanya, ternyata rumah pohon itu ada di pojok belakang sekolah. Kami melewati beberapa saung 'kelas', berupa rumah panggung yang terbuka, tanpa dinding. Masing-masing saung terdiri dari dua lantai, untuk dua kelas. Saung-saung itu ditata mengelilingi sebuah lapangan pasir yg lebih besar dari lapangan bulu-tangkis, yang rupanya selain dipergunakan sebagai area bermain pasir, juga dipergunakan sebagai teater terbuka bagi anak-anak.
Akhirnya gw ketemu juga dengan rumah pohon impian gw ;p. Wah... ternyata lebih hebat dari yg ada di angan-angan gw, soalnya bukan hanya dilengkapi tangga tali, tapi juga rumah pohonnya ada dua yang terhubung dengan sebuah jembatan tali. Wahhh... keren deh pokoknya. Tapi kok ya tinggi bener? Sekitar 7 meter (?) Nyali gw mendadak ciut. Apalagi setelah gw ngejajal naik tangga talinya... ternyata tidak semudah yg gw bayangkan. Akhirnya, gw putuskan untuk jalan-jalan lagi dulu, sambil mengumpulkan keberanian.
Singkat cerita deh, akhirnya gw balik lagi ke rumah pohon ini. Akhirnya berhasil naik dengan bantuan my big bro yg megangin tangga talinya (kalo gak dipegangin tangganya melintir melulu :p). Gw naik berdua dengan keponakan gw, Rhea, 9 th. Lihat fotonya deh, itu gw dan sang keponakan. Gak kelihatan beda jauh kan kita berdua? Ya kan?
Rumah Pare dan Panen Terong
Rumah pare ini adalah jalaran tanaman pare yang membentuk persis sebuah rumah-rumahan, orang dewasa juga bisa masuk walaupun perlu menunduk di dalamnya. Obin seneng banget ngelihatnya, dia sibuk keluar masuk, keluar masuk, dan main cilukba ama gw.
Waktu kita lagi lihat rumah pare ini, ada seorang anak yang ngomong, "Bu, mau beli terong gak? Udah waktunya dipanen. Boleh petik langsung dari pohonnya, kok." Gw lihat ke kiri-kanan, gak ada orang lain deket-deket situ. Ups, pasti 'ibu' yg di maksud itu gw... hehe... suka lupa kalo gw tuh emang udah ibu-ibu :p Akhirnya gw dan Obin, memetik terong. Yang metik gw sih, tapi Obin sibuk mondar-mandir ngasih terong hasil panennya ke si 'kakak penjual terong'. Gw geli dan sekaligus terharu waktu ngelihat anak itu sibuk mencongak berapa uang yang perlu dia kembalikan ke gw. Seorang ibu guru yang mendampingi, terlihat sabar sekali menunggu si anak sampai sukses menghitungnya sendiri. Hebat, Bu Guru! Kalo gw udah gak sabar kali ya ngasih bantuan jawaban.
Flying Fox
Sejak pagi, kita udah disuguhi atraksi kebolehan anak-anak SA ber’flying-fox, cewek maupun cowok. Mereka meluncur dengan tali dari atas pohon kelapa yg hehe.. tinggi banget menurut gw. Siangnya, dibuka kesempatan untuk umum. Wih… gw ama Shanty tadinya udah mau ikut, gak mau kalah sama anak-anak itu dong. Tapi kita berdua keasikan ngebakso dan ‘flying-fox’ nya keburu ‘ditutup’.
Seandainya
Ya, kurang lebih gitu deh satu hari di SA-nya. Kita juga nonton pertunjukan anak-anak SA; story telling, short drama, baca puisi, dll. Terus ada juga anak-anak SA yang jualan pernak-pernik hasil karya mereka, jualan kue dan sirup. Hihihi.. lucu deh lihat mereka. Masak ada bapak-bapak ngasih uang lima ribu untuk beli sirup seribu, eh uang kembaliannya dikasih lagi lima ribu. Namanya juga baru belajar ya, dek..
Obin sendiri sibuk lari-lari. Dan begitu dia lihat ada lapangan pasir, langsung napsu pengen main pasir, walaupun siangnya lumayan terik. Berasa di rumah sendiri ya, Bin?
Walaupun gw gak bisa banyak cerita tentang ‘program pendidikan’ di SA, dari cerita gw ketahuan kan kira-kira gimana kesan gw tentang SA? Kalau saja gw masih umuran TK atau SD, pasti deh gw memohon-mohon sama ortu buat di sekolahin di situ.. hehehe…
***
UPDATE
Buat yang mau tahu lebih banyak tentang Sekolah Alam, sangat dianjurkan untuk datang melihat sendiri sekolahnya.
SEKOLAH ALAM
Jl. Anda 7X, Ciganjur, Jakarta Selatan,
Indonesia Telp. +62-21-78881659
Atau bisa hubungi Ibu Yalti - Telp. +62-21-70726725
Mampir juga ke Blog Sekolah Alam yang dibuat oleh salah satu orang-tua murid.
No comments:
Post a Comment