Sepenggal Ritual Pagi

Pertama kali ia tersenyum menyapa dari balik kaca mobil, saya tak mengenalinya. Awalnya saya pikir ia sekedar menawarkan majalah. Namun ia tetap tersenyum lebar dan mengangguk, walaupun secara reflek saya sudah melambaikan telapak tangan tanda tidak berminat. Sekian detik diperlukan sampai akhirnya saya menyadarinya. Ah... dia. Pantas saja. Yang saya kenali bukan dirinya di sini dan di sore hari yang meremang. Biasanya, yang saya tahu, dia di sudut sana dan di pagi hari. Buat saya dia bukan sekelumit wajah yang familiar, tapi sebagai sosok dalam sepenggal ruang dan waktu yang eksak: pukul delapan pagi di perempatan lampu merah itu.

Saya balas mengangguk dan tertawa. Lalu melaju lagi karena sudah saatnya bergerak.

Saya masih terkejut karena dia masih mengenali saya: satu dari ratusan (ribuan?) kendaraan yang lewat jalan itu setiap harinya. Ya, kami memang pernah punya satu cerita yang mengaitkan kami. Tapi tetap saja saya tak menyangka dia masih akan mengenali saya, di antara ratusan kendaraan yang melewatinya tanpa membeli barang dagangannya karena memang tak memerlukannya.

Sampai kini tiap pagi saya masih melewati perempatan lampu merah itu, sekitar pukul delapan pagi. Hampir setiap pagi saya akan melihat dirinya dan seorang temannya yang lain di sana. Lalu kami akan saling tertawa dan mengangkat tangan menyapa dari balik kaca jendela. Begitu saja. Hampir tiap pagi. Rasanya memang ada yang kurang. Saya masih tidak tahu namanya dan nama temannya.

---

Beberapa waktu yang lalu, setelah sekian bulan ritual itu berlalu, saya menurunkan kaca jendela ketika kendaraan terhenti oleh lampu bertanda merah. Bertanya padanya, "Mas namanya siapa?" Ia menggumamkan namanya tak jelas. "Siapa?" tanya saya lagi. "Saya, Nano." "Kalau Mas yang satu lagi itu siapa?" "Pepen." Saya tersenyum dan mengangguk sekali lagi, sebelum akhirnya kembali melaju.

4 comments:

Koen said...

Typically you :).
Hidup jadi indah kalau kita mau terbuka pada hal-hal kecil, dan tidak melulu terpaku pada hal-hal "besar" dan nonsense.

Anonymous said...

sesuatu yg bagi kita remeh, belum tentu di mata orang lain ...

terutama anak-anak ya? bagi kita sering sesuatu itu gak penting .. tapi bagi anak kecil itu serasa hidup-mati ...

dan perlunya kita men-switch cara pandang kita, kadang membuahkan hasil yang mengharukan .....

Anonymous said...

yup.
ini neenoy banget. hehehhe
saya atta mbak
;)
salam buat Obin ya

dy said...

Baruuu aja mau komen kayak di atas (keduluan Atta...). Waiting for another your signature post like this... :)