Beberapa jenis bunga istimewa secara khusus menerbangkan ingatanku pada beberapa orang tertentu yang juga istimewa.
Seperti bunga putih yang hanya mekar sekejap dan mewangi di tengah malam, si ratu malam Wijaya Kusuma. Tanpa perlu melihat wujud tanaman maupun bunganya, dengan hanya mendengar namanya; di benakku langsung saja tergambar wajah Ibu. Ibu yang pernah beberapa kali sengaja menunda tidur hanya untuk menunggu menyaksikan tujuh (atau pun hanya dua) kuntum Wijaya Kusumanya mekar-serentak- sekejap-mewangi dan kemudian kembali layu. Ibu yang masih saja sampai kini, sayup terdengar dari balik jendela kamarku, menghitung kuncup-kuncup bunga -- yang menyeruak dari ketiak daunnya itu -- sambil menduga kapan saatnya bunga itu akan mekar. Yang masih saja sampai kini berseru, “ah… tadi malam ternyata mekarnya”, bila mendapati kuncup-kuncup bunga yang sudah melayu di pagi hari. Sepanjang ingatanku, walaupun tak yakin benar, di setiap tempat kami pernah bernaung, selalu ada setidaknya sebatang tanaman ini di pekarangan. Ah… besok kan kutanyakan pada Ibu apakah ingatanku ini benar…
Beberapa jenis bunga istimewa secara khusus menerbangkan ingatanku pada beberapa orang tertentu yang juga istimewa.
Seperti bunga putih kecil yang semerbak, melati, atau si kuning hijau yang wangi, kenanga. Maka aku akan teringat Ayah. Ayah, yang di pagi atau sore hari suka memetik beberapa kuntum bunga ini. Yang kemudian akan meletakkan bunga ini di kamarnya. Yang kerap kutemui kuntum-kuntum kecoklatan bunga yang layu atau kering di dekat bantal tidurnya. Dulu sekali, pernah kusangka Ibu yang menaruhnya di sana. Tapi itu ternyata Ayah.
Beberapa jenis bunga istimewa secara khusus menerbangkan ingatanku pada beberapa orang tertentu yang juga istimewa.
Seperti bunga kuning besar cantik yang selalu menghadapkan wajahnya ke arah matahari. Maka akan terlintas beberapa wajah yang juga istimewa. Wajah Ibu yang dulu membantuku memetik dan merangkai beberapa kuntum bunga matahari untuk prakaryaku di sekolah dasar dulu. Wajah seorang teman yang senang menggambar bunga matahari yang cantik, bahkan menghias kartu undangan pernikahannya juga dengan lukisan bunga matahari karyanya sendiri. Dan kini yang terlintas adalah… wajah pemilik negeri-senja dengan sepuluh kuntum bunga matahari di mejanya. It was nice to meet you in real, Atta :-)