Perubahan
Pada suatu perjalanan, seorang teman pernah bercerita. Ia bercerita tentang kisah cintanya yang kandas setelah sepuluh tahun lamanya.
Tidak benar kalau kami sudah tidak saling sayang lagi, katanya. Hanya saja kami makin lama makin seperti dua orang asing. Duniaku dan dunianya makin terasa berbeda. Mungkin jarak memang sedikit banyak berbengaruh pada hubungan kami. [Mereka memang beberapa tahun terakhir terpisah oleh jarak]. Aku sebenarnya tidak ingin menyalahkan jarak.
Ibuku punya perumpamaan yang bagus untuk menjelaskan apa yang terjadi pada kami, katanya lagi. Katanya, kami berdua adalah dua individu yang memang berbeda, bagaikan dua buah bentuk geometris yang berbeda. Misalkan aku segitiga dan ia adalah segi empat. Sepuluh tahun yang lalu pun kami sudah seperti itu. Tapi saat itu, ia adalah segi-empat yang cocok dengan segitigaku. Sesuai ukurannya, sesuai posisinya, sehingga kami pun merasa bisa saling berbagi ruang dan sudut.
Waktu pun berjalan, kami masing-masing harus berubah. Namun ternyata kami berubah ke arah yang berbeda, dengan kecepataan yang berbeda, dengan besaran yang berbeda. Lingkungan yang berbeda pun mungkin membuat perubahan itu makin ke arah yang berbeda. Tiba-tiba sepuluh tahun kemudian, aku masih segitiga dan ia masih segiempat. Namun kami bukan lagi dua bentuk yang bisa saling mengisi dan berbagi.
***
Cerita temanku itu sudah lebih dari tujuh tahun berlalu. Namun ada kesan khusus sehingga sampai kini pun aku masih mengingatnya. Mungkin karena kurasakan ada kebenaran pada perumpaman itu. Mungkin...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment