"Wow, kota ini penuh dengan bunga!" Itu salah satu kesan saya mengenai kota Bangkok, saat pertama kali menyusuri jalan-jalannya di awal Maret tahun ini.
Bunga, bunga, bunga.... Di sepanjang jalan yang saya lalui, saya melihat banyak sekali pohon peneduh dengan kerumun bunga merah muda pucat. Memenuhi kota. Cantik. Bahkan di pelataran parkir tempat saya menginap, kaki saya melangkah di antara serpihan gugur bunga yang sama. Pepohonan berbunga itu, di mata saya sekilas terlihat seperti bungur atau (mungkin) sakura. Entahlah, saya tidak tahu banyak tentang tanaman.
Saat itu, saya sempat bertanya pada An - rekan kerja saya di Thailand (ya, saya pergi untuk urusan kerja) – apa nama bunga yang mendominasi pemandangan di kota Bangkok itu. Ternyata dia juga tidak tahu, "I don’t know, I just call it sakura," katanya sambil tertawa. Hehehe... ternyata dia sama saja dengan saya, gak ngerti tanaman.
Selain kerumun bunga merah muda, saat itu Bangkok juga dipercantik oleh pepohonan dengan juntaian bunga berwarna kuning. Kali ini An bisa menjawab, "We call it King’s Flower. Warna kuning itu, warnanya raja. Orang-orang menganggap pohon ini sebagai pohon keberuntungan. Jadi banyak yang menanamnya di halaman tempat usahanya. Seperti di restoran ini."
---
Bangkok memang penuh bunga, dan sepertinya bunga memang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Thailand.
Selain tanaman peneduh jalan yang berbunga, kita bisa melihat bunga-bunga hias di berbagai sudut kota. Penjual berbagai bentuk bunga -- bunga hidup, bunga potong, bunga tabur, roncean bunga -- juga mudah ditemui di mana-mana. Roncean bunga (phuang malai) bahkan dijual dengan cara diasongkan di pinggir-pinggir jalan.
Bahkan... bunga pun bisa jadi penganan. Dalam satu perjalanan ke tempat wisata di pinggir kota Bangkok, saya sempat mencicipi berbagai jenis bunga goreng! Yup... digoreng seperti tempura. Frangipani goreng, bougenville goreng, asoka goreng, blue-butterfly-pea goreng, dan... lain-lain yang saya lupa atau tidak tahu namanya. Rasanya? Yang saya ingat, bougenville terasa getir. Sementara blue-butterfly-pea terasa agak manis.
---
Dalam perjalanan ke-dua ke Bangkok, September lalu, dalam hati saya berharap akan disambut oleh kerumun bunga yang sama. Hahaha, saya harus kecewa. Saya lupa. Ternyata seperti 'flamboyan saya', pohon-pohon berbunga ini pun punya musimnya sendiri. (Dan sekarang, Oktober, adalah musim flamboyan! Beberapa batang flamboyan di sepanjang perjalanan saya ke kantor mulai berbunga. Senangnya :p )
Dari hasil pencarian di internet (hey, penasaran!), akhirnya saya dapatkan nama bunga merah muda tersebut.
Tabebuia rosea atau
Chompu phanthip (
chompu= pink, Thai). Pohon bunga tropis yang sebenarnya berasal dari Brazil, memiliki bunga berbentuk terompet dengan bebeberapa varian warna. Tanaman ini ternyata salah satu bagian dari
proyek penanaman pohon di kota Bangkok.Sedangkan King’s Flower adalah
Cassia fistula. Pohon berbunga kuning keemasan ini memang sudah disahkan menjadi salah satu simbol kerajaan Thailand. Bahkan sejak 1987, dicanangkan
proyek penanaman sembilan juta batang pohon ini di seluruh Thailand dan ditargetkan selesai pada tahun 2007 mendatang. Wow…
Btw, baru ngeh, blog saya ternyata kemarin ultah ke-4. Hehehe...