Kisah Dua Jembatan: Waktu Tidak Berhenti



Saat itu sore hari. Sekitar pukul empat. Kami sudah berkendara sepanjang hari. Pagi masih gelap ketika kami meninggalkan Jakarta. Kami terus berkendara. Sesekali berhenti untuk hal-hal yang penting saja.

Saat itu sore hari. Sekitar pukul empat. Ketika tiba-tiba ia berkata, “Lihat jembatan itu. Mau berhenti dulu sebentar?”

Aku sejenak berpikir. Jarak yang masih harus ditempuh cukup jauh, dan aku ingin kami bisa tiba di tempat tujuan sebelum hari kembali gelap. Maka jawabku, “Gak usah, ah!” Tak mempedulikan perkataanku, ia melambatkan laju mobil ketika kami melewati jembatan itu. Saat itu sore hari. Sekitar pukul empat. Kami pun berhenti di situ.

Ada dua buah jembatan yang membentang di atas sebuah sungai. Sebuah jembatan tua berdampingan bersisian dengan sebuah jembatan baru yang kokoh. Yang satu tampak lebih ringkih, yang lain tampak kokoh gagah. Yang satu sudah bolong melompong, yang lain masih halus mulus. Yang satu sudah coklat mengkusam oleh waktu, yang satu masih kelabu betonnya baru. Keduanya membentang berdampingan bersisian di atas sebuah sungai, Serayu katanya.

Kami bertiga – aku, ia, dan anak kami – lalu berjalan di atas jembatan yang sudah berwarna suram. Angin segera mempermainkan helai-helai rambutku. Anak kami berjalan sambil melompat-lompat riang, menarik-narik tangan hendak melihat segala sesuatu. Lubang di jembatan, pagar besi, sungai yang mengering, truk yang sedang mandi di kejauhan. Ketika itu pun aku sudah tahu, aku sudah sangat memaafkan ketidak-peduliannya atas jawabku tadi. Aku sangat berterimakasih malah.

Tak lama, kami kembali berkendara. Kukatakan terima-kasihku kepadanya. Ia pun mengaku, “Ketika melihat jembatan itu, aku tiba-tiba teringat sebuah tulisan yang belum lama kubaca. Tentang orang-orang yang selalu ikut berlari bersama waktu. Tak ada waktu untuk menikmati hal-hal kecil yang dilaluinya. Ingat itu, tiba-tiba aku ingin berhenti di jembatan tadi.”

***

Benar, Sayang… Waktu terus berlari. Dua jembatan yang berdampingan bersisian di atas Sungai Serayu itu adalah bukti. Waktu terus bergerak. Jembatan lama akan melapuk oleh waktu. Tergantikan yang baru. Karena waktu tidak membeku. Waktu tidak berhenti. Tapi, kita bisa sejenak berhenti. Menikmati waktu.