Ternyata Saya Masih Bisa Hidup

Dulu sekali saya pernah tergila-gila pada televisi. Ada saja acara televisi yang rasanya menjadi daftar wajib untuk ditonton. Bila sekali saja terlewatkan, rasanya seperti mau kiamat deh… Tapi hal ini berubah sejak saya tinggal di tempat kos dengan hanya sebuah televisi untuk tiga puluh orang anak kos. Perebutan saluran televisi antar anak kos dan juga dengan mamang si penjaga tempat kos – dengan acara TVRI Bandung kegemarannya – perlahan membuat ketergantungan ini berkurang sekali. Bahkan hingga saat ini. Sekarang, jangan tanya acara televisi di atas jam sembilan malam pada saya. Besar sekali kemungkinannya saya tidak tahu acara tersebut. Sekarang ini, saya hanya duduk di depan televisi sekali-kali; menemani Obin menonton film kartun di pagi hari, atau sekitar jam makan malam – tanpa peduli benar apa acaranya. Mungkin jadinya saya agak kuper, tapi tidak apa-apa juga rasanya. Ada kelegaan terselip, ‘hmm… ternyata saya masih bisa hidup tanpa televisi, ternyata hidup saya masih oke-oke aja tanpa televisi.’

Akhir-akhir ini saya tergila-gila pada internet. Pasti ada saja blog yang ingin dikunjungi atau sekedar googling tidak terencana. Sehari saja tidak terhubung dengan jaring-jaring maya ini, rasanya seperti mau kiamat deh… Hingga kira-kira dua minggu yang lalu, komputer saya terserang Virus Sasser Worm B. Butuh waktu hampir seminggu hingga akhirnya komputer saya bisa kembali online (maklum gaptek, nunggu ada yang ngebantuin dulu :p). Awalnya terasa seperti orang yang sedang sakaw. Tapi lama-lama biasa saja tuh rasanya... Kembali ada kelegaan terselip, ‘hmm… ternyata saya masih bisa hidup tanpa internet, ternyata hidup saya masih oke-oke aja tanpa internet.’

Rupanya sedikit kekacauan kecil dalam sebuah ‘rutinitas’, bisa berguna juga: mengembalikan ritme kehidupan pada posisi yang netral kembali…

Tapi sekarang saya mulai on-line lagi. Gak janji deh gak ketagihan lagi… hehehe…