Siang yang tidak biasa

Pukul 14.15. Seharusnya aku ada di meja kerjaku, di dalam kubus-kubus itu. Tapi tidak. Aku sekarang ada di sini. Di sebuah ruang terbuka, duduk di kursi, di bawah naungan payung tenda bergaris merah dan putih. Aku duduk di bawah bayang-bayang pohon rindang, yang menyisakan hanya sedikit berkas cahaya di permukaan tanah dan lantai.

Pukul 14.20. Seharusnya aku ada di depan komputerku, entah melakukan kerja apa, sambil sesekali browsing internet. Tapi tidak. Sekarang aku ada di sini, menikmati semangkuk es kacang merah, mencoret-coret di atas selembar kertas, menebar pandangan ke sekeliling.

Di sekeliling: orang-orang berjalan santai, orang makan dengan santai, ngobrol dengan santai. Sepasang muda-mudi bercerita dengan santai. Tukang parkir duduk merokok dengan santai, mobil-mobil parkir dengan santai. Gerobak didorong dengan santai, sepeda bergerak dengan santai. Seorang ibu menggelar dagangan batiknya, membujuk calon pembeli dengan santai. Benarkah semua? Mungkin aku saja yang sedang senang, sehingga di mata ini semuanya terlihat bergerak dengan tenang.

Pukul 14.35. Serutan es di mangkuk sudah mulai mencair, menyisakan butir-butir kacang merah yang terendam dalam genangan air, sirup, dan susu kental manis. Kupanggil seorang anak lelaki kecil penyemir sepatu. Sedari tadi ia bolak-balik saja, menawarkan jasa tanpa hasil, namun selalu dilewatinya aku. Sementara aku sedang senang, hingga sepatu-sendal ini -- yang nyaris tidak pernah dan tidak perlu disemir -- kuserahkan padanya. Aku sedang senang, karena itu kupikir sesekali sepatu-sendalku perlu juga bermanja-manja.

Pukul 14.45. Es kacang merahku sudah hampir habis, hingga dasar mangkuknya sudah mulai terlihat. Anak lelaki kecil itu memanggilku, “sudah selesai, mbak”. Tak lama kemudian katanya lagi, “terima kasih, mbak”. Ku lihat ia pergi dengan senang, mungkin karena dilihatnya aku sangat senang.

Pukul 14.55. Semangkuk es kacang merah tandas sudah. Aku belum lagi bangkit dari dudukku. Masih melihat sekeliling sambil tersenyum. Akhirnya kuputuskan untuk pergi juga. Dengan hati senang kutinggalkan tempat ini.

Ya, aku sedang senang. Karena di sini, saat ini, aku sedang merayakan sesaat kebebasan, perlawanan, dan pembangkangan dari sebuah rutinitas :-)

No comments: