PENGALAMAN PRIBADI?

Saya belum lama ini membaca sebuah kata pengantar di sebuah buku:
Menulis adalah ibarat cermin. Menangkap bayangan sendiri di dalam cermin dan membiarkannya merefleksikan balik dengan sewajar-wajarnya, sejujur-jujurnya dan apa adanya. Marcel Proust, penulis Prancis ... pernah mengatakan, "semua bahan untuk karya sastra tidak lain adalah kehidupan masa lalu saya" (Clara Ng, Tujuh Musim Setahun)


Ini mengingatkan saya pada kata pengantar lain di buku yang lain:
Pengarang tak bisa bersandar hanya pada pengalaman diri sendiri, sebab alangkahnya terbatasnya pengalaman pribadi seseorang
(Ayu Utami, Saman)


Sebuah kontradiksi. Namun sebagai pembaca memang seringkali kita mempertanyakan hal itu: pengalaman pribadikah?
Sebenarnya... Adakah yang lebih baik?
Adakah yang lebih mudah?
Adakah yang lebih layak disebut maha karya?
Ah, tapi mungkin pula bukan sesuatu
yang perlu diperbandingkan dan dipertentangkan...

No comments: