Totto Chan

Salah satu buku yang selalu menjadi “all time favorite” saya adalah buku ini. Totto Chan - Gadis Kecil di tepi Jendala, begitu judulnya dalam terjemahan bahasa Indonesia. Buku ini pertama kali saya baca ketika saya masih berusia kurang lebih 14 tahun . Sejak pertama kali membaca saya sudah sangat menyukainya, lebih tepatnya saya senang memimpikan diri saya seberuntung si gadis kecil Totto Chan.

Totto Chan, sebuah kisah nyata, berkisah tentang seorang gadis kecil Jepang di masa menjelang perang dunia kedua, yang sangat beruntung. Totto Chan beruntung karena mempunyai seorang ibu yang percaya bahwa gadis kecilnya sebenarnya bukan anak nakal yang mengganggu pelajaran di kelas sehingga harus dikeluarkan dari sekolah. Totto Chan beruntung karena ibunya kemudian memasukkannya ke sebuah sekolah yang sangat unik.

Totto Chan akhirnya bersekolah di Tomoe, sebuah sekolah yang ruang kelasnya dibuat dari bekas gerbong kereta api. Di sekolah ini, murid-muridnya bisa mulai mengerjakan pelajarannya hari ini dengan apa yang disukainya terlebih dahulu. Di sekolah ini, seorang petani adalah guru, karena dialah yang paling tahu tentang tanaman dan cara berkebun. Di sekolah ini acara berjalan-jalan adalah hal yang selalu dilakukan apabila murid-murid bisa menyelesaikan seluruh pelajaran sebelum waktunya. Di sekolah ini syarat bekal makanan adalah satu macam “yang dari gunung “ dan satu macam lagi “yang dari laut”, dan murid-murid menikmati bertukar makanan sambil belajar apa yang dari gunung dan apa yang dari laut. Di sekolah ini, murid-murid dianjurkan memakai pakaian terjelek yang mereka punya, karena pakaian yang bagus akan segera menjadi kotor di sini. Di sekolah ini semua anak tidak sabar untuk kembali ke sekolah esok harinya. Hhmh.. benar-benar sebuah sekolah impian.

Totto Chan juga beruntung mempunyai seorang kepala sekolah, Bapak Kobayashi, yang sangat percaya bahwa setiap anak memiliki potensi dan bahwa cara mendidik anak yang terbaik yaitu dengan memberikan kebebasan dalam berekspresi. Ada sebuah cerita yang sangat bagus, yaitu ketika dompet kesayangan Totto terjatuh dalam sebuah septic tank. Totto kemudian memutuskan untuk mencari dompetnya itu dan menggali tumpukan kotoran di septic tank tersebut!! Pak Kobayashi, menyaksikan semua itu hanya berkomentar, “Nanti kalau sudah selesai, dirapikan kembali ya…”, tanpa memarahi atau menegur sama sekali. Totto walaupun akhirnya tidak dapat menemukan dompetnya, memenuhi janjinya untuk membereskan kotoran tersebut.

Totto Chan memang adalah anak yang unik. Dulu di sekolahnya yang lama, ia suka memanggil pengamen atau berbicara dengan burung dari balik jendela kelas ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Dia sangat impulsive. Dia suka meloncat pada sesuatu yang dianggapnya menarik tanpa pertimbangan, bahkan ia pernah loncat ke dalam adukan semen di jalan. Namun Totto Chan anak yang baik, ia selalu membela dan membantu temannya yang lebih lemah. Sebuah pertanyaan pasti tersirat, bila ibunya dulu tidak memindahkannya ke Tomoe, akan jadi apa Totto Chan ketika dewasa? Yang jelas, Totto Chan kemudian tumbuh dewasa dengan berbekal kenangannya selama dua tahun di Tomoe – sekolah ini memang kemudian hancur oleh serangan pesawat pembom. Totto Chan dewasa adalah Tetsuko Kuroyanagi, seorang presenter televisi yang terkenal di Jepang.

*********
Buku Totto Chan ini pun pernah dibahas oleh Goenawan Mohamad, seorang penulis Indonesia yang sangat kaya dengan referensi. Saya kaget ketika membaca mengenai Totto Chan di salah satu buku kumpulan Catatan Pinggir-nya. Ketika itu saya mungkin sudah kuliah dan sudah agak melupakan cerita Totto Chan ini, karena bukunya juga sudah hilang dipinjam, tidak dikembalikan oleh entah siapa. Saya merasa sangat tersanjung buku yang sangat sukai, ternyata juga dibaca bahkan dibahas oleh penulis yang juga sangat saya kagumi.

Judul Buku: Totto Chan, Gadis Kecil di Tepi Jendela
(Totto Chan, The Little Girl at the Window)
Pengarang : Tetsuko Kuroyanagi

2 comments:

Anonymous said...

buku ini sukses membuat saya NANGIS waktu sampai di bagian appendix yang menceritakan bahwa ini nyata dan bagaimana mantan penghuni Tomoe melakukan reuni setahun sekali....

Anonymous said...

saya juga baru tadi siang menyelesaikan baca buku ini. hanya kekaguman yang tersemat di dada saya. bahagia rasanya bisa membaca buku yang ditulis oleh Totto-chan ini.

Saya merindukan sekolah seperti itu ada di Indonesia... hmmm... ada gak ya?