[cerita maya]



.....

Mereka memanggilku Maya. Mereka menyapaku Maya.
Mereka memanggilnya Maya. Mereka menyapa dirinya Maya. Aku jatuh cinta.

.satu.

Sudah dua tahun aku menulis jurnal di alam maya ini. Kuberi nama “cerita maya”, tertulis di bagian kiri atas halaman jurnal dengan jenis huruf verdana tebal.

[cerita maya] - aku maya bercerita

Menulis di dunia maya sungguh menyenangkan. Aku bisa bercerita tentang apa saja. Aku menulis tentang suka juga duka. Aku berkisah tentang kehidupan hingga kematian. Aku bercerita segala sesuatu tentang cinta; cinta pertama, asmara membara, hasrat meraga, luka menganga, air mata buaya.

Aku menulis tentang hujan kepagian, senja keemasan, warna pelangi, pagi berkabut, embun di rumput, sebatang jamur, daun gugur, tanah merah, bunga merekah. Aku bercerita tentang pijar kembang api, kerlip bintang, kedip kunang-kunang. Aku bercerita tentang kicau burung di pagi hari, sekawan burung terbang pulang ke sarang, dan burung gereja yang mati tersengat kawat berlistrik. Aku bercerita tentang mata kedutan, mata bintitan, bau badan, kepala bisulan, jari kapalan. Aku cerita tentang digigit anjing, disengat lebah, jari terkena ulat bulu, kaki tertusuk bulu babi. Aku bercerita tentang mendonorkan darah, memanjat atap rumah, terkurung di kamar mandi, ditilang polisi.

Ya, aku bercerita tentang apa saja. Aku sungguh-sungguh dapat bercerita tentang apa saja di jurnal maya ini.

Sudah dua tahun ia menulis jurnal di alam maya ini. Ia beri nama “cerita maya”, tertulis di bagian kiri atas halaman jurnalnya dengan jenis huruf verdana tebal.

[cerita maya] - aku maya bercerita

Membaca tulisannya di dunia maya ini sungguh menyenangkan. Ia bercerita tentang apa saja.

Ia menulis tentang hujan kepagian, senja keemasan, warna pelangi, pagi berkabut, embun di rumput, sebatang jamur, daun gugur, tanah merah, bunga merekah. Ia bercerita tentang pijar kembang api, kerlip bintang, kedip kunang-kunang di kegelapan. Ia bercerita tentang kicau burung di pagi hari, sekawan burung terbang pulang ke sarang, dan burung gereja yang mati tersengat kawat berlistrik. Ia bercerita tentang mata kedutan, mata bintitan, bau badan, kepala bisulan, jari kapalan. Ia cerita tentang digigit anjing, disengat lebah, jari terkena ulat bulu, kaki tertusuk bulu babi. Ia bercerita tentang mendonorkan darah, memanjat atap rumah, terkurung di kamar mandi, ditilang polisi.


Ya, ia bercerita tentang apa saja. Dan aku sungguh-sungguh membaca semua ceritanya tentang apa saja di jurnal mayanya ini.

.dua.

Suatu hari aku menerima sebuah email singkat darinya, seorang lelaki.

Maya,
Sungguh senang membaca jurnalmu. Aku telah
membacanya semua, dan akan selalu menunggu ceritamu yang baru.
Salam kenal,
Aku lelaki


Suatu hari aku mengirim sebuah email singkat untuknya. Tak lama ia pun membalasnya. Singkat.

Hai,
Terimakasih sudah membaca semua cerita di
jurnalku. Juga terimakasih atas emailnya.
Salam, aku maya

.....

Aku maya, kau panggil aku Maya. Sudah kukatakan aku adalah maya, tapi kau sebut aku Maya. Tidak kah kau nyana?

Ia katakan ia adalah maya. Aku panggil ia Maya. Aku jatuh cinta. Ternyata ia maya. Nyata mayanya. Siapa nyana?


Lagi gak sempet nulis-nulis cerita baru.
Ini hasil bongkar-bongkar file arsip lama.
Sedianya adalah cerpen untuk ikutan
April Poject-nya
Cinila.com yang lalu.
Tapi apa daya, gak pernah selesai :)