Tentang Sebuah Kota

Ada sebuah kota kecil di pinggir pantai di bagian tengah sebuah pulau. Di peta Indonesia pulau ini membentuk huruf K dengan tangkai bengkok ke kanan. Di kota itulah aku lahir dari rahim ibuku. Di kota itu untuk pertama kalinya aku mempergunakan paru-paruku menghirup udara pantainya, juga menjejakkan tapak pertamaku di tanahnya yang berpasir.

Namun kenanganku atas kota ini nyaris tak ada, karena aku telah meninggalkannya pada usia yang sangat dini. Yang aku punya hanyalah potongan-potongan gambar -- terbentuk dari setumpuk album foto lama dan seribu cerita yang dikisahkan sejuta kali oleh seluruh anggota keluarga. Membentuk gambaran yang sukar dibedakan dari kenangan itu sendiri.

***
Rumah kami sangat dekat dengan laut. Di halaman rumah, aku yang baru bisa berjalan, bisa memungut serpihan kerang laut di antara kerikil dan pasir. Di dekat rumah kami, kata kakak-kakakku, ada parit yang airnya mengalir ke laut. Di parit itu, mereka -- kakak dan teman-temannya akan berseluncur sepanjang siang. Atau di lain hari mereka akan bermain di tepi pantai, mengumpulkan kerang, terjun dari dak kapal, dan berenang di laut dengan menggunakan ban dalam mobil.

Salah satu tetangga kami adalah keturunan arab, Bibi Eka kami memanggilnya. Ia mempunyai sebuah warung, tempat ia memanjakan kami. Kakakku bercerita ia sering membantu Bibi Eka menjaga warungnya. Kata ibuku, aku adalah boneka kesayangan almarhumah. Sampai sekarang pun terkadang kami masih membicarakan keluarga Bibi Eka. Bahkan kami mengabadikan namanya pada sebuah resep masakan favorit kami: "sambal goreng bibi eka".

Jika lebaran tiba, rumah kami sepanjang hari, akan penuh dengan tamu, entah dari mana saja. Juga anak-anak kecil dari seluruh penjuru kota kecil itu akan berdatangan. Mereka tidak hanya bersalaman dan bersilahturahmi, tetapi dapat dipastikan akan ikut duduk, makan kue, permen, sirup, sampai juga ketupat dan makanan mengenyangkan lainnya.

Ah betapa banyaknya potongan gambar yang ada, walaupun betapa sedikitnya yang bisa kuingat...

kebun singkong di belakang rumah kami.
kandang babi milik tetangga di belakang rumah.
seekor rusa peliharaan di halaman rumah.
anak rusa.
bak penampung air hujan dari talang atap, tempat kakak-kakak mandi berendam.
telur bebek temuan.
bendi (delman) milik tetangga depan rumah.
naik bendi dengan cuma-cuma, karena si kusir sedang naksir pembantu kami.
kuku kaki kakakku yang tergilas roda bendi ketika sedang asik bermain.
anoa (babi rusa) yang mengejar kakakku.
pengasuhku yang akan menggendong dan menggoyangku dengan semangat agar aku tertidur...

Itulah sebagian dari potongan-potongan gambar yang aku punya atas kota itu, dan masih banyak potongan gambar yang lain.

***
Aku memang hanya punya 'kenangan' atas kenangan keluargaku untuk masa sekitar tiga puluh tahun silam. Namun 'kenangan' itu berkata bahwa kota itu adalah kota yang menyenangkan. Mengingat orang-orang di kota itu, berarti mengingat orang-orang yang ramah, sahabat serta kerabat yang bagai keluarga sendiri. Kota itu adalah kota yang kecil, normal, menyenangkan, dan damai.

Aku hanya punya 'kenangan' manis atasnya. Tapi entah apa yang dipunyai oleh anak-anak yang hidup di kota itu beberapa tahun terakhir ini. Adakah takut yang mereka punya? Adakah rasa sakit menyisa? Ataukah dendam?

Dan anak-anak lain dimana pun juga, di tempat-tempat yang telah didera konflik dan perang. Kenangan apakah yang akan mereka miliki tiga puluh tahun kelak, ketika mereka dewasa? Dan itupun jika mereka cukup beruntung untuk dapat tetap hidup hari ini, saat ini.

Posting ini juga untuk kakak-kakak tersayang
yang telah mencuri hak milik 'kenangan' atas kota kelahiran adikmu ini.
Gue yang lahir di sana, kalian yang punya berjuta memori tentangnya hehehe...
Btw, tidak sangka ternyata kalian pembaca setia blog ini.
I love you bro, sis...

No comments: