PELANGI

Sore hari, di sebuah jalanan padat di Jakarta, hujan turun rintik. Sementara matahari sore masih bersinar terang. Ah... bukankah di saat-saat seperti ini, alam menghadiahkan pemandangan indahnya buat kita? Saat butir-butir air membiaskan spektrum-spektrum cahaya, merangkai membentuk lengkungan warna-warni alam.

Pelangi? Di manakah pelangi? Ingin aku melihat pelangi lagi setelah entah kapan terakhir menyaksikannya. Di manakah pelanginya? Seharusnya ia ada di sebelah kiri jalan ini, karena matahari ada di kanan. Namun di mana bersembunyinya di antara gedung-gedung kaca ini?

***

Berbicara tentang pelangi, kuingat seseorang pernah meminta padaku:

Buatkan aku dua lukisan cat air. Satu lukisan warna-warni pelangi. Satu lagi lukisan kusamnya campuran seluruh warna. Akan kupajang keduanya berdampingan. Ini untuk selalu mengingatkanku bahwa hidup bagaikan warna-warni sekotak cat air. Kita yang menentukan bagaimana lukisan dari warna-warni itu. Kalau kita menata warna-warni tersebut dengan baik, akan tercipta indahnya pelangi. Kalau kita mengkacaukannya, mencampur-adukkan semua, yang ada hanyalah warna suram kecoklatan.


***

Ah, pelangi. Kuingin lihat pelangi...

Matahari mulai menghilang. Aku masih di jalanan yang sama, dengan kemacetan yang sama. (9 April 2003)

No comments: