Seorang Sahabat


Belum lama ini aku mengunjungi seorang sahabat lama. Di sana kutemui seorang wanita yang tak terlihat lagi tubuh bak modelnya. Seorang perempuan yang walaupun telah enam bulan lewat bersalin, masih terlihat kelebihan sekian kilo berat badan padanya. Namun di sana juga kutemui seorang ibu yang bahagia.

Hm… betapa waktu seakan telah terbang begitu cepat. Rasanya baru kemarin ketika kita curhat tentang kecengan atau pacar. Kini perbincangan di telepon adalah tentang anak yang susah buang air besar.

Sudah berapa lama ya? Tujuh belas tahun sudah kita saling kenal. Dua belas tahun yang lalu kita duduk satu kelas. Dan sebuah pengumuman 11 tahun yang lalu, yang meletakkan namaku persis di atas namamu, menggariskan hidup kita untuk seakan selalu bersama selama beberapa tahun kemudian.

[satu smp, satu sma, satu kelas, satu kampus, satu angkatan, satu jurusan, satu tempat kp, satu kelompok tugas akhir, satu kapling, sempat satu tempat kos, dan wah … kita juga sempat setengah tahun kerja di kantor yang sama. wehhh… apa gak bosan?]

Seingatku kita sebenarnya tidak selalu bersama-sama. Kau punya kesenangan sendiri. Aku pun punya kesenangan lain. Kau punya teman-teman lain. Aku pun juga. Kita tidak pula selalu menyenangkan bagi satu sama lain. Sekali waktu akumu, kau ingin sekali menampar mulutku yang asal bicara. Dan kau dengan ‘selalu aku - anak tunggal itu’ juga sering membuatku naik darah.

Tapi seperti sahabat, kita memang saling berbagi. Berbagi cerita dan gosip pasti. Berbagi air mata dan sedih. Berbagi kesenangan dan kegembiraan. Berbagi cemas, bingung, gelisah, dan marah. Berbagi pengaruh, yang baik juga yang buruk. Berbagi waktu mencari tempat sepi untuk berbagi sebungkus rokok. Berbagi keheningan ketika tak ada lagi yang perlu dibagi.

Hanya satu patah kata: thanks.

No comments: