Saya dan Rokok

Percakapan dengan seorang teman beberapa hari yang lalu membuat saya teringat dengan kisah saya dan rokok. Ya, saya dulu merokok. Ya tentu, sekarang saya sudah tidak merokok lagi.

Saya ingat, dulu awalnya bermula ketika sahabat saya tiba-tiba ingin merokok, kemudian ia mencobanya, hingga akhirnya mulai menjadi kebiasaannya. Pada saat itu saya termasuk orang yang berkomentar, "Apa-apaan sih lu, kok pake ngerokok segala". Waktu berjalan, hingga suatu hari saya pun tergoda untuk mencoba. Sekedar mencoba. Sekedar ingin tahu.


gue sekarang ngerokok euy... udah cukup lama. tepatnya sejak N ngerokok, yah awal semester ini. tambah-tambah setelah S masuk tempat kost gue. dari yang bego banget, sampe yang udah lumayan gak kaku lagi. kacau yah gue. tapi gue udah memutuskan: gak akan beli dan gak akan di depan orang lain (di dalam kamar aja).
- 26 november 95

gue makin kacau... makin-makin... gue udah melangar batas yang gue buat sendiri. gue udah beli rokok tadi. sebenernya apa enaknya sih ngerokok. udah rasanya gak enak, bikin puyeng lagi. tapi bengong-bengongnya itu lho yang binkin gue pengen. bahaya nih. udah cukup 1 kali aja. gue kayaknya perlu cerita ke orang. pengen nulis surat ke M.
- 28 november 95


Saya masih ingat, waktu itu saya akhirnya jadi menulis surat panjang ke sahabat saya yang tinggal di kota lain. Isinya curhat abis tentang merokok ini. Kemudian surat balasannya malah membuat saya tertawa terbahak-bahak. Ia bilang, ia bahkan sudah mulai merokok jauh sebelum saya.


hari rabu, udah libur, tapi gue masih di bandung. lagi baca taiko, buku ke-3, sambil ngisap rokok, bungkus ke-4, batang ke-13. rokok itu candu yang aneh, buat gue: setiap gue ngerokok gue berpikir untuk berhenti, tapi setiap gak ngerokok gue berpikir untuk ngerokok lagi. gue cuma berharap suatu saat nanti gue bener-bener bisa ninggalin kebiasaan ini. bisa memandang saat ini sebagai suatu pengalaman yang (mungkin) berharga, tapi tanpa penyesalan.
- 27 Desember 95


Ya, dulu saya merokok. Bahkan menurut saya, dulu saya sudah bisa dibilang perokok, bukan sekedar merokok. Dari sekedar mencoba, kemudian rajin minta, lalu beli sendiri, sampai kemudian jadi minimal satu bungkus untuk satu setengah hari.

Saya dan proses berhenti merokok adalah suatu kisah tersendiri. Suatu saat saya pernah ketahuan oleh orang tua. Namun ini hanya mampu membuat saya berhenti merokok selama 2 minggu. Kemudian dapat pacar yang tidak merokok. Sang pacar katanya sih tidak melarang. Hanya saja saya tahu pasti ia sangat ingin melihat saya berhenti merokok. Namun hal ini pun tidak secara otomatis membuat saya berhenti. Akhirnya hanya kesadaran bahwa saya adalah perempuan -- yang kelak ingin dan akan mengandung -- lah yang kemudian membuat saya bulat berniat untuk berhenti total merokok. Saya hanya tidak ingin menyesal kelak kemudian hari.

Ya, saya dulu merokok. Ya, sekarang sudah tidak lagi.

No comments: