Kubus



Ini 'kubus'ku. Sudah hampir lima bulan. Sampai saat ini aku suka kubus ini: hal-hal yang keluar-masuk ke dalam kubus ini, juga orang-orang yang berlalu-lalang di dalam dan luarnya. Banyak hal baru yang menarik bagiku, keluar-masuk kubus ini, walau kadang membuat sedikit pusing dan hati berdebar-debar. Orang-orang yang berkeliaran, juga sangat menarik. Muda, gembira, bersemangat, santai, ramah, ramai, walau kadang rumpi, berisik, dan berkonflik.

Dulu sekali, aku sering bertanya-tanya, bagaimana sih rasanya menyukai sebuah kubus? Karena kubusku dulu, tak kusuka. Kini aku kembali bertanya-tanya, akankah aku masih menyukai kubusku kini, kelak? Esok, lusa, sebulan, atau setahun lagi?

Aku suka kubus ini. Namun kadang, seperti saat ini di dalam kubus yang menyenangkan ini, aku sedikit merasa takut. Aku takut terkurung di dalamnya.

...

Hidup mengajari aku untuk tak lagi percaya pada cinta. Bukan, bukan lalu aku menjadi pahit dan menistakan indahnya kepak sayap cinta. Tapi cinta, kini kutahu, bisa sekejap menjelma bulu-bulu yang berterbangan: ringan, melayang, hilang...

Tapi, Tuhan, sekali lagi memperlihatkan kemahakuasan-Nya. Entah apa rencana-Nya, kali ini.

...

Lihatlah kupu-kupu itu. Sayapnya indah, bukan?

Aku jadi teringat seorang pencinta kupu-kupu. Ia tinggal di daerah pegunungan yang sejuk. Pekarangan rumahnya luas, dipenuhi dengan segala jenis tanaman yang disukai kupu-kupu. Rumahnya dipenuhi oleh kupu-kupu. Kupu-kupu hidup, kupu-kupu yang diawetkan, gambar kupu-kupu, kupu-kupu batu, ulat kupu-kupu, kepompong kupu-kupu. Serba kupu-kupu.

...

Mengetik. Mengetik apa saja. Sudah lama sekali rasanya tidak mengetikkan kalimat-kalimat kosong ataupun setengah kosong atau setengah isi. Mengetik. Mengetik saja. Apa yang terlintas. Tak ada yang terlintas. Hanya ingin mengetik. Menumpahkan kekosongan. Hingga kembali terisi.

Tulis. Tulis saja. Penuhi halaman putih ini dengan huruf-huruf. Menjelma bunyi. Entah rima entah mantra, semoga saja makna.

...

Argh... kosong kosong kosong. Isi isi isi... Hi hi hi... Seperti ketika bermain ular naga dulu. Ular naga panjangnya bukan kepalang, berjalan-jalan selalu kian kemari. Umpan yang lezat itulah yang dicari. Inilah dia yang terbelakang.... kosong kosong kosong isi isi isi...