Tupai

Ada tupai di pohon kelapa
Tupai makan kelapa
Budi melihat tupai
Tupai itu lari


Ada yang tahu kalimat-kalimat di atas? Atau rasanya pernah mengenalnya dulu? Itu adalah rangkaian aksara pertama yang kusangka dapat kubaca. Kusangka dapat kubaca? Betul… Karena pada saat itu, aku benar-benar menyangka aku sudah dapat membaca.

Kemana-mana aku membawa buku itu, membuka halaman bergambar tupai, dan berkata, hey aku sudah bisa membaca. Mulailah aku ‘membaca’ bukunya .. tupai, ada tupai di pohon kelapa, budi melihat tupai, tupai itu lari…

Orang-orang besar tertawa, mereka bertepuk tangan juga. Lalu ada yang bertanya, kalau halaman yang berikutnya seperti apa bacanya? Awalnya aku tidak mengerti apa maksud mereka, kan aku sudah bisa membaca. Baru kemudian akhirnya aku tahu, aku ternyata baru bisa menghapal saja. :)

… sampai sekarang pun aku masih hapal ternyata…

Ngomong-ngomong, ada yang ingat tidak, dari buku apa cerita tupai itu ? Tolong beritahu ya kalau kalian ingat…

Dua Batang Kembang Api

Ah, ternyata masih ada dua batang kembang api. Kutemukan tergeletak di atas sebuah rak. Kembang api sisa yang kubeli iseng beberapa bulan lampau. Besok saja ‘kan kunyalakan, lumayan untuk tahun baru, kataku.

Malam penghujung tahun tiba, ada dua batang kembang api tergeletak di atas rak. Bin, bunda punya kembang api, nyalain yuk? Ku ajak bintang kecilku ketika ia masih terjaga, berharap sebuah kata jawab ‘yuuuk’ yang antusias diberikannya. Gak, bobok aja, tolaknya. Oke deh, bobok aja ya.

Malam makin bergerak ke akhir (ataukah awal?) dan dua batang kembang api kini di atas meja, di samping sekotak korek-api, siap untuk dinyalakan. Aku terbaring terjaga tak terlelap di sebelah bintangku yang masih saja gelisah tidurnya. Sesekali punggung tanganku meraba merasakan panas kening suhu tubuhnya yang masih saja naik turun tak kunjung normal. Sudah dua malam tidurnya gelisah serba-salah terkadang menangis, terganggu demam mungkin juga ngilu di seluruh sendi, seperti yang kurasakan dua malam sebelumnya. Kuteringat dua batang kembang api yang kini di atas meja di samping sekotak korek-api. Nanti ‘kan kunyalakan kalau bintangku sudah lebih lelap. Tak perlu pula menunggu malam berganti, tahun beralih. Takut terlanjur jatuh tertidur aku.

Malam makin malam tak terasa. Di jam dinding, ketiga jarum - pendek panjang detik – merayap bergerak berlari dengan waktunya sendiri, makin mendekat pada janji bertemu di angka dua-belas. Ada dua batang kembang api di atas meja menanti dan bintangku sudah tampak lebih nyenyak…

Dua batang kembang api kini tergeletak di depanku, di lantai teras yang sudah kumatikan cahaya lampunya. Dua batang kembang api sisa, kunyalakan susah-payah satu-satu di antara gerak tiga jarum melewati angka dua-belas, di perbatasan sebuah akhir dan awal (bila ada). Dua batang kembang api, lemah sudah pijarnya karena waktu, kunyalakan di antara ramai-riuh terompet dan klakson mobil di kejauhan.

… ada dua batang kembang api, nyala - pendar - indah - sekejap - lenyap - bara - abu - malam - kembali - gelap. dua batang kembang api, rasa - asa - syukur - hampa - biasa - baur - lalu - hilang - lupa. tapi dua batang kembang api, sebersit suka…

Selamat 2004!